JAKARTA - Wakil Presiden Indonesia ke-11 sekaligus mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono tidak percaya dengan adanya siklus 10 tahunan yang sering terjadi di Indonesia.
Dia menyatakan, istilah siklus 10 tahunan di munculkan oleh masyarakat karena kekhawatiran terjadinya krisis keuangan yang dimulai pada 1997-1998.
Menurutnya, jika memang tahun ini terjadi krisis itu bukan karena siklus 10 tahunan tapi memang harus dilihat faktornya. Karena krisis bukan disebabkan oleh alam tapi perilaku manusia.
"Kalau 10 tahunan saya tidak percaya. Tapi kalau saya pikir lihat saja indikatornya. Kalau 2018 terjadi krisis, itu bukan karena 10 tahunan. Itu perilaku manusia, bukan perilaku alam," ungkapnya di Gedung BI, Jakarta, Rabu (28/3/2018).
Baca Juga: Indef Peringatkan Siklus Krisis 10 Tahunan Indonesia
Dia juga menjelaskan, krisis awalnya terjadi pada tahun 1960, di mana Indonesia sempat mengalami inflasi yang tinggi sehingga kondisi ekonomi tidak bagus. Tapi Indonesia bisa mengatasinya dengan banyak langkah yang dilakukan dari segi fiskal, moneter, reformasi struktural, dan perubahan politik.
"Ini krisis yang our making, karena kita melepaskan prudent policy kita dalam fiskal dan kita membiayai suatu proyek yang tidak ada pembiayaan yang aman dan akhirnya terjadi inflasi," jelasnya.
Dia melanjutkan, krisis kedua yang besar terjadi pada tahun 1980-an. Di mana krisis ini tidak diciptakan oleh masyarakat tapi karena harga minyak turun, mengacaukan fiskal dan moneter dalam negeri.
"Waktu itu kita andalkan uang dari minyak, tahun 1980 awal itu tiba-tiba anjlok. Menjadi sekitar USD10 per barel tahun 1986. Ini kemudian penyebabnya dari luar. Ini adalah suatu proses yang luar biasa cepat. Kemudian banting stir dari ekonomi yang mengandalkan minyak, kemudian mengurangi mengandalkan minyak dari segi fiskal dan moneter," katanya.
Baca juga: 1998 & 2008 Dihantam Krisis, 2018 Ekonomi Asia Diprediksi Lagi Bagus-bagusnya
Lalu pada tahun 1997-1998, Indonesia kembali mengalami krisisi. Menurutnya, ini kondisi yang tidak terduga sama sekali dan pada saat itu Indonesia tidak siap menghadapinya.
"Pertanda tidak kita bayangkan separah itu. Karena pada 1997 itu mulanya dari Thailand. Tapi pada 1997 itu kita merasa masih bagus, dan Bank Dunia pada waktu laporan Juni 1997 mengatakan, ekonomi Indonesia masih bagus. Siapa yang mengira agustus-desember makin parah. Ini adalah krisis yang ditimbulkan dari luar juga, tetapi bukan dari current account," jelasnya.
Lalu pada tahun 2008 terjadinya krisis global ini lebih besar dari tahun 1997 lalu. tapi pada 2008 itu adalah krisis keuangan global yang tidak hanya terjadi di Indonesia saja.
"Kembali kita mengalami krisis yang sama tapi skalanya lebih besar. Tapi kita alhamdulillah bisa belajar dari sebelumya, jangan sampai sistemik krisis ini terjadi dalam waktu yang lama, itu akan merusak segala-galanya," tukas dia.
(Dani Jumadil Akhir)