JAKARTA – Eksportir diharapkan bawa pulang dana hasil ekspornya ke dalam negeri, untuk membantu penguatan rupiah.
"Jadi, jangan hasilnya diparkir di Singapura atau negara lain. Tetapi ditaruh di perbankan dalam negeri, jadi akan tercatat sebagai dolar domestik, menambah suplai dolar di dalam negeri,” terang Rektor Universitas Paramadina Firmanzah., Rabu (25/4/2018).
Baca Juga: Nyaris Rp14.000, Rupiah Melemah ke Level Rp13.933 per USD
Mantan Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi ini mengatakan, agar nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak terus melorot, yang terpenting adalah devisa ekspor sebaiknya disimpan di bank dalam negeri sehingga masuk masuk dalam sistem perbankan/keuangan domestik, tidak ditempatkan di bank-bank di luar negeri.
Menurutnya ketika rupiah melemah maka secara otomatis menciptakan kekhawatiran bagi pelaku usaha. Misalnya saja bagi para terkait dengan nilai impor mereka, ketersediaan dolar di dalam negeri. Termasuk kepastian bagaimana mereka bisa menghitung kelayakan usaha.
Baca Juga: Aksi Bank Indonesia Atasi Pelemahan Rupiah
Kewaspadaan dan monitoring secara berkala, kata Firmanzah, perlu dilakukan pemerintah melihat ketimpangan antara rupiah terhadap dolar AS.
“BI (Bank Indonesia, Red) sudah masuk ke market, beberapa hari terakhir melakukan intervensi ke pasar. Meskipun untuk jumlah memang tidak mereka sampaikan,” katanya. Menurutnya, tanpa intervensi BI dolar AS diyakininya sudah menyentuh Rp14.200 – Rp14.300.
Diketahui rupiah masih belum menunjukkan keperkasaannya Rabu (25/4/2018). Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan ke level Rp13.921 per USD. Pelemahan ini paling buruk sejak Januari 2016.
Sebelumnya Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo menyarankan eksportir jangan menimbun dolar di luar negeri, agar membantu penguatan nilai rupiah.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)