Fareed mengatakan bahwa dia tidak suka dengan cara Trump, tetapi cara lain yang dicoba oleh pemerintah sebelumnya ternyata tidak berhasil. Saya pikir kita akan banyak mendengar pendapat yang mendukung dan mengutuk kebijakan perang tarif tersebut.
Namun yang lebih penting, adalah posisi kita sendiri menyikapi perubahan tersebut dan masa lah nya kedua pendapat yang bertentangan itu tidak sepenuhnya benar dan juga tidak sepenuhnya salah. Di satu sisi, kita perlu mengakui bahwa perdagangan bebas yang selama ini berjalan tidak 100% mendatangkan kebaikan.
Ada yang merugikan dan menguntung kan ekonomi negara dan ma sya rakat kita. Secara umum, per tumbuhan ekonomi kita memang diuntungkan atas perdagangan bebas. Hal itu ditunjuk kan dengan angka pertumbuhan ekonomi yang ratarata di atas 5%.
Integrasi dengan pasar dunia membuat produk-produk ekspor kita bisa mendatangkan devisa dalam bentuk dolar yang sangat menggiurkan seperti produk minyak kelapa sawit (CPO) Meski demikian, kita juga harus mengorbankan keles tarian lingkungan demi medorong ekspor tersebut.
Janji bahwa CPO kita akan diberi harga yang lebih tinggi apabila menjalankan perkebunan yang berbasis lingkungan ternyata tidak terpenuhi oleh negara Barat dan Eropa. Kompetisi tetap menurut hukum pasar. Selain produk agrikultur, komoditas mineral dan fosil juga menyumbangkan terhadap krisis lingkungan di beberapa provinsi.
Upah pekerja kita pun harus kompetitif dengan negara lain agar dapat menarik bagi investasi hingga akhirnya malah terlalu rendah untuk standar hidup berkualitas. Artinya, kita tidak mengalami fair trade di mana fokus utama ekonomi untuk menghilangkan kemiskinan seharusnya menjadi perhatian bersama semua pihak yang terlibat.
Saya merasa semua negara sedang menghitung ulang langkah dan strategi untuk menghadapi dinamika perang tarif yang mungkin berlanjut kepada perang dagang antara AS-China ini dan tidak ada solusi yang benar-benar permanen. Dilema yang kita hadapi mungkin juga dialami oleh negara-negara lain.
Kita masih belum yakin benar apakah perang dagang ini akan berlangsung dalam jangka panjang atau jangka pendek. Kebijakan proteksionis Trump bisa jadi berlaku jangka pendek karena secara internal di AS sendiri Trump masih mengonsolidasikan kekuatan dan kepercayaan dari sekutu-sekutunya agar tidak terjebak dalam impeachment.
Kebijakan ini bisa berjangka panjang apabila langkah-langkahnya ternyata menimbulkan dampak positif di dalam negeri seperti pertumbuhan lapangan pekerjaan, ekonomi, rendahnya inflasi. Langkah pragmatis yang bisa dilakukan saat ini sambil menunggu tren menuju kebijakan proteksionis Trump terkonfirmasi adalah membangun kerja sama dan pengertian baik bilateral dan multilateral kepada mitra-mitra Indonesia.
Indonesia harus memanfaatkan momentum jangka pendek sebelum kita dapat memastikan ada momentum yang berjangka panjang. Contoh adalah bekerja sama daripada berkompetisi dengan Malaysia dalam menyusun strategi mengisi kelangkaan minyak nabati di China sebagai akibat naiknya tarif atas produk-produk kacang kedelai dari AS.
Indonesia juga mungkin bisa mendapatkan harga murah dari negara-negara produsen baja untuk kepentingan infrastruktur karena oversupply akibat pengenaan tarif baja dan aluminium oleh AS.
Dinna Wisnu
Pengamat Hubungan Internasional
(Dani Jumadil Akhir)