Direktur Utama BTEL Robertus Bismarka pernah bilang, utang jumbo ini merupakan warisan terakhir dari bisnis telekomunikasi BTEL sebelumnya. Jika proses restrukturisasi utang ini selesai dan seluruh OWK telah dikonversi, kepemilikan saham pendiri (Bakrie Group) akan terdelusi sampai 32%.
Disampaikannya pula, perseroan tengah menjajaki peralihan bisnis ke industri penyelenggara infrastruktur media. Sebab, pemerintah tengah mencanangkan peralihan teknologi televisi dari analog ke digital. Dengan begitu, setidaknya setiap perusahaan televisi membutuhkan infrastruktur baru. "Karena peralihan teknologi ini, dibutuhkan pembangunan lebih dari 1.500 tower baru di Indonesia dengan nilai investasi Rp2,5 triliun," ungkapnya.
Perseroan juga mengungkapkan, dari 50 kreditur yang menerima OWK baru satu kreditur yang mengkonversi ke dalam saham BTEL, Huawei Tech Investment. Huawei mengkonversi obligasi senilai Rp1,23 triliun menjadi 6,189 miliar saham. Dengan begitu, Huawei menjadi pemegang 16,8% saham BTEL. Jadi, sisa utang BTEL yang belum terkonversi menjadi saham senilai Rp6,4 triliun. Jika semua kreditur sudah memegang OWK, mereka dapat melakukan konversi ke dalam saham BTEL. Saat ini, para kreditur yang sudah memegang OWK belum berkomitmen mengkonversinya ke saham. Perseroan mengklaim salah satu krediturnya, Blackberry akan mengkonversi utang dalam bentuk saham BTEL dalam waktu dekat.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)