Pandu menyampaikan, pemulihan penjualan pada periode April-Juni 2018 menunjukan adanya peningkatan daya beli masyarakat. Namun, momentum kenaikan ini diperkirakan tidak berlanjut pada semester II-2018. Analis Ciptadana Sekuritas Asia, Stella Amelinda pernah bilang, kinerja HMSP di sisa tahun ini masih dibayangi sentimen pelemahan nilai tukar rupiah.
Menurut Stella, pelemahan rupiah akan berdampak pada harga bahan baku yang diimpor untuk HMSP. Akibatnya, beban pokok penjualan (cost of goods sold/COGS) terkerek naik dan mengikis laba kotor maupun margin laba kotor perusahaan. “Pastinya ini akan berdampak negatif pada bottom line perusahaan jika tidak diimbangi dengan kenaikan volume penjualan dan harga jual rata-rata HMSP," ujarnya.
Tambah lagi, meski indeks keyakinan konsumen sepanjang April lalu membaik, dirinya melihat belum terjadi pemulihan pada pola konsumsi masyarakat. Potensi naiknya cukai yang melebihi tingkat inflasi juga diprediksi akan semakin menekan kinerja keuangan HMSP. Namun, pemberlakuan pajak rokok elektrik yang rencananya dimulai pada 1 Juli, dinilai Stella, bisa menjadi sentimen positif buat HMSP. Aturan ini berpotensi menyokong kinerja HMSP untuk divisi rokok putihnya, mengingat pajak rokok elektrik cukup besar yaitu mencapai 57%.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)