JAKARTA – Kinerja positif realisasi APBN 2018 masih terjaga sampai 31 Agustus 2018. Hal ini dapat dilihat dalam perbandingan realisasi defisit anggaran sebesar 1,01% terhadap PDB atau Rp150,66 triliun, turun dibandingkan defisit anggaran periode yang sama pada 2017, yakni 1,65% terhadap PDB atau Rp224,89 triliun. Dengan realisasi pembiayaan sebesar Rp265,64 triliun, terdapat kelebihan pembiayaan anggaran sebesar Rp114,97 triliun.
1.Penurunan defisit anggaran sebesar Rp74 triliun
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, penurunan defisit kita secara nominal adalah Rp74 triliun, atau dihitung dari PDB, defisit kita pada akhir Agustus adalah 1,02%. Ini masih jauh dari APBN kita yang memang memberikan ruangan defisit sampai 2,19%. Jadi, kalau kita lihat di sini APBN, memang menunjukkan hal yang luar bia sa positif,” ujar Indrawati di Jakarta pekan lalu.
2. Penurunan defisit karena perbaikan postur APBN
Sri Mulyani melanjutkan, penurnan defisit dikarenakan postur APBN 2018 hingga 31 Agustus 2018 untuk keempat kalinya keseimbangan primer dalam posisi positif Rp11,61 triliun, turun di bandingkan keseimbangan primer pada tahun lalu yang sebesar negatif Rp84 triliun.
“Perbaikan dari keseimbangan primer tahun lalu ke tahun ini adalah positif Rp95,6 triliun. Dari tadinya negatif Rp84 triliun sekarang jadi positif Rp11,6 triliun. Jadi ada lompatan dari perbaikan keseimbangan primer yang luar biasa,” ucapnya.
3. Pendapatan negara tumbuh 18,44%
Sri Mulyani memaparkan, realisasi pendapatan negara tumbuh 18,44% yang mencapai Rp1.152,83 triliun atau artinya 60,84% dari total target tahun ini. Pertumbuhan 18,4% ini lebih tinggi daripada pertumbuhan tahun lalu 11,4%.
“Pendapatan negara tahun ini tumbuh 18,4% di bandingkan tahun lalu yang realisasinya Rp973,4 triliun (year on year/yoy) atau 56,07% dari targetnya,” paparnya.
Secara rinci realisasi penerimaan perpajakan tumbuh sebesar 16,54% atau mencapai Rp907,54 triliun. Pertumbuhan ini lebih tinggi di banding kan tahun lalu yang masih di bawah, yaitu 9,5%. Adapun penerimaan pajak yang tumbuh sebesar 16,52% dengan capaian sebesar Rp799,46 triliun atau 56,14% dari target APBN 2018.
4. Penerimaan bead an cukai naik 16,73%
Penerimaan bea dan cukai tumbuh sebesar 16,73% dengan capaian sebesar Rp108,08 triliun atau 55,68% dari target APBN 2018. Sementara realisasi pertumbuhan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga menunjukkan nilai yang sangat positif sebesar 24,30% yang mampu membukukan nilai realisasi sebesar Rp240,29 triliun atau 87,24% dari target APBN 2018.
Kinerja penyerapan belanja negara meningkat 8,78% yang mencapai Rp1.303,49 triliun atau 58,70% dari pagu APBN 2018. Secara rinci belanja pemerintah pusat tumbuh 15,31% dengan capaian Rp802,17 triliun atau 55,15% dari pagu APBN 2018. Sedangkan transfer ke daerah dan Dana Desa cukup stabil dengan capaian Rp501,32 triliun atau 65,43% dari pagu APBN 2018.
5. Realisasi transfer daerah masih rendah
Sri Mulyani mengakui realisasi untuk transfer ke daerah mau pun Dana Desa sedikit lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Pada Agustus 2018 realisasi transfer ke daerah sebesar Rp465,1 triliun lebih rendah Rp0,99 triliun atau sekitar negatif 0,21% bila dibandingkan realisasi transfer ke daerah pada periode yang sama pada 2017.
6. Pajak Nonmigas naik 16,4%
Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Robert Pakpahan mengatakan, dalam empat tahun terakhir pertumbuhan penerimaan pajak mencapai pertumbuhan yang sangat baik. Pada Agustus 2018 penerimaan pajak meneruskan per tumbuhan dua digit.
“PPh migas tumbuh 19,2% dengan realisasi Rp42 triliun. Pajak nonmigas tumbuh 16,4% dengan realisasi Rp757,4 triliun yang terdiri atas PPh non migas Rp437,4 triliun, pajak pertambahan nilai Rp307,6 triliun, pajak bumi dan bangunan Rp7,5 triliun, dan pajak lainnya Rp4,9 triliun,” ucapnya.
Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Askolani mengatakan, capaian realisasi PNBP mengalami pertumbuhan 24,30%, terutama disebabkan peningkatan penerimaan sumber daya alam karena masih berlanjutnya kenaikan harga komoditas minyak bumi dan batu bara periode Januari-Agustus 2018.
“Sumber utama dari minerba karena kenaikan harga batu bara membuat pendapatan nonmigas tinggi,” tuturnya.
(Oktiani Endarwati)
(Kurniasih Miftakhul Jannah)