JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani telah menyampaikan Penanggungjawaban atas Pelaksanaan RAPBN (P2APBN) Tahun Anggaran 2018 kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
"Pertama-pertama, tahun 2018 bukan tahun yang mudah bagi kita semua. Kita melihat sisi gejolak nilai tukar dan kenaikan suku bunga kemudian diikuti outflow. Di mana ini disebabkan perubahan cukup besar dari ABPN baik dari sisi penerimaan dan belanja. Hal ini cukup baik dari penerimaan negara kombinasi dari pertumbuhan ekonomi," ujar dia di Gedung DPR RI Jakarta, Kamis (4/7/2019).
 Baca Juga: Sri Mulyani Laporkan Kinerja APBN 2018 dan Kondisi Perekonomian Indonesia ke DPR
Namun, lanjut dia, adanya perubahan nilai tukar dan harga minyak lebih tinggi dari asumsi dan effort dari Direktorat Jenderal Pajak dan Bea Cukai serta PNBP. Seperti yang diketahui, tahun 2018 nilai tukar Rupiah sempat menembus level Rp15.000 per USD.
"Sebabkan kita bisa kumpulkan pendapatan negara lebih dari 100% yakni 102,3%. Di sisi lain belanja negara juga hampir terealisir mendekati 100%. Jadi ini sebabkan APBN 2018 bisa tercapai defisit lebih rendah dari yang tadinya ditargetkan. Dan itu baik sebab saat itu suasana dari market atau pasar terutama pasar bond cukup bergejolak," tutur dia.
 Baca Juga: Rupiah Diramal Akan di Atas Rp15.000/USD hingga Akhir 2018
Dia menuturkan, dengan defisit lebih rendah pemerintah mampu tetap menjaga confidence terhadap instrumen fiskal dan sisi kemampuan untuk membiayai.
"Oleh karena itu saat yang sama kita dapatkan rating meningkat dan timbulkan perbaikan sisi kemampuan pembiayaan. Yang perlu digarisbawahi juga, kita mungkin lakukan financing berdasarkan defisit awal yang di atas 2%," kata dia.