Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

BI Nyatakan Posisi Investasi Internasional Indonesia Tetap Sehat

Yohana Artha Uly , Jurnalis-Selasa, 25 September 2018 |17:53 WIB
BI Nyatakan Posisi Investasi Internasional Indonesia Tetap Sehat
Bank Indonesia (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memandang perkembangan Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia pada triwulan II-2018 masih tetap sehat. Meski demikian, Bank Indonesia tetap mewaspadai risiko net kewajiban PII terhadap perekonomian.

"Ke depan, Bank Indonesia meyakini kinerja PII Indonesia akan semakin baik sejalan dengan terjaganya stabilitas perekonomian dan berlanjutnya pemulihan ekonomi Indonesia didukung oleh konsistensi dan sinergi bauran kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan reformasi strukturall," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman Zainal, dalam laporan Neraca Pembayaran & Posisi Investasi Internasional Indonesia, seperti dikutip Okezone, Selasa (25/9/2018).

PII Indonesia mencatat penurunan net kewajiban karena berkurangnya posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN). Pada akhir triwulan II-2018, PII Indonesia mencatat net kewajiban sebesar USD305,6 miliar atau 29,3% terhadap PDB.

Baca Juga: Kewajiban Finansial Luar Negeri Indonesia Turun ke USD305,6 Miliar

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan posisi net kewajiban pada akhir triwulan I-2018 yang tercatat sebesar USD325,6 miliar atau 31,5% terhadap PDB.

"Posisi KFLN Indonesia yang lebih rendah dipengaruhi penurunan nilai instrumen finansial domestik," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman Zainal, dalam laporan Neraca Pembayaran & Posisi Investasi Internasional Indonesia, seperti dikutip Okezone, Selasa (25/9/2018).

Pada akhir triwulan II-2018, posisi KFLN turun 3,9% (qtq) atau USD26,1 miliar menjadi USD639,7 miliar. Penurunan posisi KFLN terjadi terutama pada komponen investasi langsung dan investasi portofolio.

Baca Juga: BI Tetap Terapkan Arah Kebijakan Moneter Ketat di 2019

Penurunan tersebut dipengaruhi oleh penurunan nilai instrumen investasi berdenominasi Rupiah sejalan dengan turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan dipengaruhi pula oleh penguatan nilai tukar dolar AS terhadap Rupiah.

(Feb)

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement