JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyebut pertumbuhan ekonomi global masih lebih rendah dari ekspektasi pasar. Kondisi ini diperparah dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, saat ini ekonomi global masih belum stabil. Salah satu penyebabnya ekonomi AS diprakirakan makin kuat didukung permintaan domestik.
Baca Juga: Jusuf Kalla Ajak Pengusaha Bersatu Dorong Perekonomian Negara Islam
“Hal ini menyebabkan ekspektasi inflasi AS tetap tinggi dan akan direspons the Fed dengan tetap menaikkan suku bunga kebijakannya,” kata Mirza di Gedung BI, Selasa (23/10/2018).
Di sisi lain, kata Mirza, pertumbuhan ekonomi Eropa dan negara-negara emerging markets, termasuk Tiongkok, diprakirakan lebih rendah dari proyeksi semula. Kondisi ini memicu penurunan prospek pertumbuhan ekonomi secara global.
“Penurunan proyeksi ekonomi dunia juga dipengaruhi ketegangan hubungan dagang antara AS dan negara lain yang kemudian menurunkan volume perdagangan dunia,” ucapnya.
Di dalam negeri, harga komoditas ekspor Indonesia tumbuh lebih lambat, di tengah harga minyak dunia yang terus meningkat. Sementara itu, ketidakpastian di pasar keuangan global yang masih tinggi juga mendorong investor global menempatkan dananya di aset-aset yang dianggap aman, khususnya di AS.
Baca Juga: Ekonomi Global Gonjang-Ganjing, Sri Mulyani: Kita Jangan Panik
“Berbagai perkembangan tersebut pada gilirannya mengakibatkan dolar AS terus menguat dan akhirnya membuat tren pelemahan banyak mata uang negara berkembang berlanjut sampai dengan pertengahan Oktober 2018,” tukasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)