JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) menilai bahwa stabilitas sektor jasa keuangan masih dalam kondisi terjaga, di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global.
Berlanjutnya perang dagang antara AS-Tiongkok diproyeksikan akan menurunkan volume perdagangan dan pertumbuhan dunia. Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK Anto Prabowo mengatakan, langkah The Fed menaikkan Federal Fund Rate (FFR) diproyeksikan akan berpengaruh pada pengetatan likuiditas di pasar keuangan global.
”Kedua hal tersebut mendorong International Monetary Fund menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi global pada 2018 dan pada 2019 dari 3,9% menjadi 3,7% pada Oktober,” kata Anto di Jakarta.
Baca juga: OJK Prediksi Total Kredit dan Dana Pihak Ketiga 2018 Tumbuh 12%
Menurut dia, dinamika eksternal tersebut turut memengaruhi kinerja pasar keuangan domestik. Per 19 Oktober 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat pelemahan sebesar 2,3% secara mtd dengan investor nonresiden mencatatkan net sell sebesar Rp5,3 triliun.
Sejalan dengan pasar saham, investor nonresiden di pasar Surat Berharga Negara (SBN) juga mencatat net sell sebesar Rp0,8 triliun mtd. Yield SBN tenor jangka pendek, menengah, dan panjang tercatat kembali meningkat masingmasing sebesar 13 bps, 53 bps, dan 23 bps mtd.
Dia mengungkapkan, peningkatan yield ini terjadi sejalan dengan pelemahan di pasar keuangan Emerging Markets lainnya. Di tengah berlanjutnya volatilitas di pasar keuangan, lanjut dia, kinerja intermediasi sektor jasa keuangan pada September 2018 secara umum masih bergerak positif.
Kredit perbankan dan piutang pembiayaan masing-masing tumbuh sebesar 12,69% yoy dan 6,06% yoy. Adapun dari sisi penghimpunan dana, dana pihak ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 6,60% yoy.
Baca juga: Target Pertumbuhan Ekonomi 5,4%, Industri Perbankan Optimis Menatap 2018
Sementara itu, premi asuransi jiwa dan asuransi umum/ reasuransi per September 2018 masing-masing tercatat sebesar Rp141,14 triliun dan Rp62,74 triliun. Sementara di pasar modal, pada periode Januari sampai dengan 22 Oktober 2018, penghimpunan dana melalui penawaran umum saham, right issue, dan surat utang korporasi telah mencapai Rp143 triliun, dengan emiten baru sebesar 50 perusahaan.
”Total dana kelolaan investasi tercatat sebesar Rp739,95 triliun, meningkat 7,89% dibandingkan akhir 2017,” ungkapnya. Profil risiko lembaga jasa keuangan juga masih terjaga pada level yang manageable.
Sementara rasio non-perform ing loan (NPL) atau kredit bermasalah gross perbankan tercatat sebesar 2,66%, dan rasio non-performing financing (NPF) perusahaan pembiayaan berada pada level 3,17%.
”Permodalan lembaga jasa keuangan tercatat pada level yang cukup tinggi, di mana capital adequacy ratio(CAR) perbank an per September 2018 tercatat sebesar 23,33%, sedangkan riskbased capital industri asuransi umum dan asuransi jiwa masing-masing sebesar 315% dan 430%,” kata Anto.