Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Dibutuhkan Dunia, Minyak Sawit Mentah Jadi Prioritas Perdagangan RI

Koran SINDO , Jurnalis-Jum'at, 02 November 2018 |11:21 WIB
Dibutuhkan Dunia, Minyak Sawit Mentah Jadi Prioritas Perdagangan RI
Ilustrasi Kelapa Sawit (Foto: Okezone)
A
A
A

NUSA DUA – Pemerintah terus berupaya memasifkan dan mendorong perjanjian perdagangan dengan berbagai negara, di mana minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) menjadi prioritas dalam perjanjian tersebut.

Kebijakan tersebut ditempuh mengingat industri sawit dan produk turunannya masih menjadi salah satu industri andalan yang punya peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. ”Sawit menjadi penting karena produknya dibutuhkan hampir seluruh masyarakat dunia dan komoditas ini mampu menjadi penghasil devisa terbesar bagi Indonesia,” kata Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita, dalam sambutan pembukaan 14 Th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2019 Price outlook di Nusa Dua Bali.

Baca Juga: Kementerian LHK Evaluasi Izin 15 Juta Ha Lahan

Mengutip laporan Center on Food Security and the Environment Stranford University tahun 2016, Mendag mengatakan sejak 2001–2010 industri sawit Indonesia telah menjadi sumber mata pencaharian utama bagi 21 juta penduduk Indonesia. Industri sawit mendorong pertumbuhan ekonomi bagi 5,3 juta pekerja yang bergerak di bidang produksi sawit dan mampu mengeluarkan 10 juta masyarakat Indonesia dari ancaman kemiskinan. ”Bahkan, industri ini berhasil mengangkat perekonomian 1,3 juta masyarakat miskin yang berada di area perdesaan di Indonesia,” kata Enggar. Mendag memastikan perkebunan sawit bukan penyebab terbesar deforestasi dunia.

Berdasarkan data The Impact of EU Consumption on Deforestation tahun 2013, sektor pertanian kacang kedelai (19%) dan jagung (11%) merupakan kontributor deforestasi di dunia. Perkebunan sawit hanya berkontribusi 8% dari total deforestasi secara keseluruhan. Mendag memastikan pemerintah akan fokus untuk peningkatan produktivitas sawit dengan menjaga asas peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kualitas lingkungan hidup. Terlebih lagi berdasarkan data statistik, hingga saat ini 41% perkebunan sawit rakyat dimiliki petani kecil. ”Ini berarti kebergantungan ekonomi industri sawit terhadap perkebunan plasma rakyat sangat tinggi,” katanya.

Melihat Lebih Dekat Buruh Kerja Memanen Kelapa Sawit di Desa Sukasirna Sukabumi 

Pada 2017, pemerintah telah memperkenalkan program Petani Menanam. Program ini bertujuan membantu petani kecil meningkatkan produktivitas dari saat ini sekitar 3 ton/ha/ tahun menjadi 5-6 ton/per tahun. Program tersebut dimulai dengan melakukan replanting terhadap 20.000 ha lahan sawit. Harapannya, luas lahan tersebut bertambah menjadi 750.360 ha pada tahun 2022. Mendag mengatakan, berdasarkan banyak kajian berkait dengan efek kelapa sawit terhadap penurunan kualitas kesehatan dan lingkungan hidup dari berbagai pakar, ternyata hasilnya adalah negatif. Para pebisnis industri kelapa sawit juga perlu melakukan kajian sama sebagai sebuah fakta ilmiah untuk melawan berbagai isu negatif.

”Jika isu negatif tersebut tidak sesegera mungkin dihalau, dikhawatirkan akan semakin masif, menyebar, meluas, dan semakin sulit untuk dicounter dan justru berimplikasi pada terjadinya sunset industry di sektor sawit,” katanya. Ketua Umum Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan pengembangan strategis industri sawit dan produk turunannya ke depan harus berdampak pada pembangunan ekonomi berkelanjutan (economical sustainability), pembangunan lingkungan berkelanjutan (environmental sustainability), dan pembangunan sosial berkelanjutan (social sustainability), yakni tercapainya kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Menteri LHK Evaluasi Izin 2,3 Juta Ha Lahan Sawit

”Bahkan, dalam kaitan dengan environmental sustainability, nantinya setiap industri kelapa sawit harus berorientasi pada pengembangan industri rendah emisi,” kata Joko. Sejumlah persoalan global, menurut Joko, masih membayangi industri sawit pada tahun ini, di antaranya akibat perang dagang Amerika dengan China, hambatan tarif perdagangan serta kampanye hitam. Namun demikian, tantangan ekonomi global tersebut tidak terlalu berdampak signifikan terhadap aktivitas ekonomi industri kelapa sawit. Hingga 2018 ini, iklim bisnis industri kelapa sawit di Indonesia masih positif. Berdasarkan komparasi tahun 2017 hingga Oktober 2018 ini, aktivitas ekspor kelapa sawit Indonesia meningkat hingga 4% dengan income mencapai USD2,1 juta.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement