“Pendapatan reccuring (berulang) yang mencapai 81% ini merupakan kontribusi dari taman hiburan, makanan, minuman, perhotelan, serta sewa dan pengelolaan perkantoran beserta pusat perbelanjaan," ujarnya, dikutip dari Harian Neraca, Jakarta, Rabu (21/11/2018).
Sedangkan, pendapatan tidak berulang sebesar 19% dari total pendapatan berasal dari penjualan tanah, rumah, apartemen, dan ruang perkantoran. Di tahun 2018, terdapat penurunan jumlah persediaan yang bisa dijual. Menurutnya, proyek-proyek yang sedang dilaksanakan pada 2018 belum bisa dicatat sebagai pendapatan karena masih dalam proses.
Baca Juga: Astaga! Tak Penuhi Kuorum, RUPS Bakrieland Development Ditunda
Dirinya berharap proyek-proyek yang baru dimulai pada pertengahan 2018 ini akan berkontribusi pada pendapatan perusahaan di tahun 2019. Selain itu, investor PT Bakrieland Development Tbk yang selama ini menolak aksi korporasi perusahaan untuk melakukan penggabungan nilai saham (reverse stock split) mulai melunak, dan mempersilahkan perseroan melanjutkan rencana tersebut.
Namun, para investor ritel tersebut memberikan catatan, sebelumnya perusahaan harus menunjukkan rencana jangka panjang perusahaan (RJPP) agar terbangun kepercayaan antara pemegang saham dari manajemen perusahaan. Deni Alfianto Amris, investor ritel perusahaan yang tergabung dalam Forum Investor Penolak Reverse Stock ELTY (FORTY) mengatakan perusahaan boleh saja melakukan reverse stock asalkan setelahnya perusahaan bisa menunjukkan kepada investor rencana jangka panjang apa yang akan dilakukannya.
(Feby Novalius)