Fiskal yang Produktif
Sejarah mengatakan kinerja sektor riil masih relatif dominan dalam memengaruhi kinerja perekonomian secara luas. Semakin bagus kinerja sektor riil, potensi penerimaan negara juga kian meningkat. Penguatan di sektor moneter juga amat dibutuhkan untuk melengkapi stabilitas kebijakan pemerintah di sektor riil.
Arah kebijakan berikutnya akan sangat menentukan sejauh mana perekonomian kita bisa berdiri tegak. Tentunya kinerja kebijakan fiskal dari sisi pendapatan maupun belanja akan memberikan warna tersendiri di dalamnya.
Secara filosofis, perlu diupayakan proses perbaikan sistem perpajakan dan fiskal secara umum untuk digiatkan dalam proses yang lebih partisipatif dan transparan. Reformasi ini bukan hanya komitmen secara lisan yang diperlukan, tetapi juga perjuangan menuju kebaikan secara terus-menerus dan fokus pada tujuan yang diinginkan.
Dalam konteks peningkatan pendapatan negara, kita tidak cukup hanya menyoroti penerimaan dari sisi perpajakan saja. PNBP, hibah, atau sumber pembiayaan alternatif non-APBN lainnya juga tak kalah krusial. Hasil PNBP masih dipengaruhi secara signifikan oleh produktivitas dan harga jual hasil SDA, khususnya yang berasal dari kelompok migas.
Kita tentu berharap hargaharga komoditas tersebut bisa berjalan stabil agar tidak banyak mengganggu produktivitas. Sementara itu pendapatan dari hibah dan pembiayaan alternatif non-APBN sangat bergantung pada kreativitas pemerintah dalam meyakinkan pihak swasta ataupun internasional untuk membantu mengatasi beberapa masalah pembiayaan.
Portofolio kebijakan dan kredibilitas pemerintah akan menjadi faktor penentunya. Namun tetap dibutuhkan prinsip kehati-hatian agar kerja sama antara pemerintah dan swasta atau negara lain tidak merugikan pemerintah.
Diperlukan kualitas komunikasi pemerintah yang sangat baik untuk menjaga kualitas kebijakan agar bisa diterima dengan baik. Diperlukan kearifan dan lugas agar niat-niat tulus dari pemerintah dapat diterima dan dipahami secara baik dan komprehensif.
Agenda reformasi perpajakan juga berkaitan dengan tuntutan-tuntutan tersebut. Sebab pada hakikatnya publik akan terpanggil untuk berpartisipasi ketika pemerintah memberikan apresiasi dan masyarakat akan menyambut kebijakan tersebut dengan baik pula. Peranan belanja pemerintah juga tidak kalah krusial.
Karena bagaimanapun kebijakan belanja mengejawantahkan visi dan gaya keberpihakan politik pemerintah dalam sketsa pembangunan negara. Untuk saat ini realisasi belanja negara sudah mencapai Rp1.942,93 triliun atau sekitar 87,5% dari target APBN 2018.
Angka tersebut sudah relatif sangat baik untuk menggambarkan kinerja birokrasi dari sisi tingkat penyerapan anggaran. Langkah selanjutnya yang di butuhkan adalah bagaimana caranya agar pola belanja pemerintah bisa berjalan efektif dan efisien?
Efektif dapat dimaknai sebagai kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan, sedangkan efisien adalah pengelolaan kebijakan dengan biaya yang rendah (murah). Semangat efisiensi pada kementerian/lembaga (K/L) serta pemerintah daerah seharusnya perlu diutamakan untuk di wujudkan segera.
Perlu dibangun sistem yang menyeluruh dan terintegrasi (mulai perencanaan hingga pengawasan) un tuk mengurangi overlapping, dobel pendanaan, serta mark-up harga pada penganggaran. Kebijakan yang tumpangtin dih serta membutuhkan birokrasi yang panjang menjadi salah satu pendorong mengapa skor ICOR kita masih saja tinggi.
Hasil-hasil pembangunan infrastruktur serta pembangunan SDM dan deregulasi birokrasi mudah-mudahan segera dapat kita rasakan. Sebab kalau perekonomian kita masih saja berbiaya tinggi, jangan harap daya dukung sektor swasta dan masyarakat bisa berjalan opti mal. Pertumbuhan ekonomi, realisasi pendapatan negara, dan stabilitas pembangunan akan segera terdampak secara langsung maupun secara berjangka.
Tahun 2019 akan menjadi tahun yang penuh ketidakpastian karena kita akan menghadapi momentum pesta demokrasi dan tantangan pengendalian dam pak eksternal yang semakin mengemuka.
Walaupun demikian kita harus tetap fokus dan solid untuk menjalankannya melalui perencanaan dan program yang lebih realistis dan fokus pada kebutuhan masyarakat.
Kesuksesan di tahun ini harus tetap kita jaga agar hasilnya dapat terus berjalan berkesi nambungan. Pemerintah dan rakyat perlu terus berjalan bergandengan tangan mengha dapi tantangan karena ke duanya masih sangat saling membutuhkan. Mudah-mudahan kita tetap bisa menjaga dan merawatnya dengan baik. Semoga!
Candra Fajri Ananda
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
(Dani Jumadil Akhir)