Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Proyek KA Trans-Sulawesi Dievaluasi Akibat Banjir

Koran SINDO , Jurnalis-Senin, 31 Desember 2018 |12:23 WIB
Proyek KA Trans-Sulawesi Dievaluasi Akibat Banjir
Kereta Api (Foto: Okezone)
A
A
A

MAKASSAR – Proyek Kereta Api (KA) Trans-Sulawesi disebut-sebut menjadi salah satu pemicu banjir bandang yang menerjang sebagian wilayah Kabupaten Barru.

Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah mengaku akan melakukan evaluasi terhadap proyek tersebut. Dia mengatakan, meski genangan air yang sempat merendam sejumlah kecamatan di Barru mulai surut, bencana yang sudah terjadi tak dapat dianggap remeh. Banjir itu tidak terjadi tanpa sebab sehingga diperlukan evaluasi dari semua pihak. Diketahui kurang-lebih sepanjang 40 km lahan di Barru telah terbentang bantalan rel kereta api trans Sulawesi yang mengakibatkan alih fungsi lahan. Kondisi itu diduga memicu terjadinya konsentrasi air di titik tertentu.

“Kita harus mengkaji lebih mendalam, karena beberapa daerah itu baru mengalami banjir. Banyak rumah yang bukan di tepi sungai sebenarnya, tapi tergerus air begitu derasnya. Makanya saya bilang pasti ini ada masalah, saya tidak mengatakan proyek. Alih fungsi lahan saya kira itu,” jelasnya. Nurdin lebih lanjut mengatakan, diduga akibat alih fungsi lahan di Barru menyebabkan perubahan ekosistem. Namun, dia tidak ingin terburu-buru menyebut proyek KA sebagai dalangnya, sehingga Pemprov Sulsel meminta tim Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan-Jeneberang untuk melakukan kajian.

Baca Juga: Naik Kereta Bandung-Tasikmalaya Gratis Sebulan

“Pasti ada ekosistem yang berubah, saya tidak mengatakan rel kereta, tapi ini harus kita kaji, supaya jangan ada saling tuduh. Makanya kemarin kepala Balai Pompengan (Teuku Iskandar) sudah akan turun,” jelasnya. Dihubungi terpisah, Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Timur Nur Setiawan mengaku, pihaknya telah melakukan serangkaian evaluasi pasca bencana banjir di wilayah Barru. Diakuinya, kehadiran proyek yang mengubah ekosistem dapat menjadi faktor berpengaruh. “Kalau dibilang berpengaruh pasti dengan kita mengubah ekosistem. Sekarang tinggal bagaimana pengelolaannya itu lebih dibenahi lagi,” jelasnya dihubungi KORAN SINDO kemarin.

Menurut dia, Balai Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Timur telah membuat kajian sebelum pembangunan proyek. Hanya cuaca ekstrem yang tidak terduga dan karakter topografi serta kondisi pembuangan air yang tidak memadahi membuat banjir tak dapat dihindari. Dengan begitu dibutuhkan kerja sama semua pihak untuk mengatasi persoalan tersebut. Termasuk Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional XIII Makassar yang mengelola jalan trans-Sulawesi dan jembatan sebagai jalur pembuangan, lalu BBWS Pompengan-Jeneberang yang mengelola saluran air dan aliran sungai.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement