Berkaca dari tahun 2018, pada triwulan I tahun ini penjualan rumah di pinggiran Jakarta naik 58% dari triwulan IV tahun lalu. Kenaikan ini cukup tinggi setelah tahun lalu anjlok. “Jadi, bisa diprediksi tahun ini kondisinya hampir sama dengan tahun lalu,” katanya.
Apalagi, properti di kawasan yang memiliki akses dan infrastruktur yang menunjang mobilitas konsumen. “Kawasan yang dilalui komuter atau memiliki akses tol pasti bisa mendongkrak penjualan properti,” sebut Ali.
Dia mengungkapkan, pembangunan infrastruktur transportasi yang masif di Jakarta dan sekitarnya diyakini bakal mendongkrak pembangunan properti kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Permintaan properti di kawasan ini tumbuh 15% per tahun dengan potensi keuntungan hingga 40% dalam tiga tahun. Saat ini kawasan Jakarta dan sekitarnya diguyur proyek infrastruktur senilai tidak kurang dari Rp377,07 triliun.
Proyek yang mencakup jalan tol, kereta ringan (light rail transit /LRT), kereta (mass rapid transit /MRT), dan pembangunan terminal baru bandar udara itu ditargetkan beroperasi mulai 2019 dan 2024.
Aksesibilitas yang kian mudah ikut mengatrol permintaan hunian di pinggir dan satelit Kota Jakarta. Selain karena kemudahan transportasi umum massal, faktor yang mendorong konsumen memilih di pinggir kota juga karena harga hunian di tengah Kota Jakarta kian melambung.
Sales Manager Public Safety Indonesia (PS Indo) Rahmat Anwar juga memprediksi pasar properti pada awal 2019 tetap stabil kendati ada agenda pilpres. Dia menilai situasi politik dan terciptanya rasa aman bagi masyarakat terlihat semakin kondusif.
(Rendra Hanggara)
(Kurniasih Miftakhul Jannah)