JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data defisit neraca perdagangan Indonesia pada 2018 sebesar USD8,57 miliar. Capaian ini merupakan angka defisit terbesar sejak 1975.
Impor migas merupakan penyumbang defisit terbesar. Oleh karena itu, harus ada solusi untuk menekan impor migas tersebut.
Berikut fakta-fakta defisit neraca perdagangan Indonesia yang telah dirangkum dari Koran Sindo, Jakarta, Rabu (16/1/2019):
1. Indonesia 6 kali Alami Defisit
Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan sebanyak enam kali. Periodenya adalah tahun 1945, 1975, 2012, 2013, 2014, dan 2018. Berdasarkan data BPS, pada 2012 neraca dagang Indonesia mengalami defisit USD1,7 miliar. Kemudian pada 2013 dan 2014 juga terjadi defisit USD4,08 miliar dan USD1,89 miliar.
Baca Juga: Neraca Dagang Defisit, Menko Darmin Akui Sulit Tekan Impor Migas
Sedangkan tahun 1975, Indonesia mengalami defisit USD391 juta, tapi BPS belum memiliki data untuk tahun 1945. ”Dengan melihat pergerakan ini, pekerjaan rumah kita adalah harus menggerakkan ekspor sehingga neraca perdagangan kembali positif. Walaupun di sisi lain, banyak tantangan sesuai prediksi pertumbuhan ekonomi global yang tidak terlalu menggembirakan,” tuturnya.
2. Perbandingan Nilai Ekspor dengan Impor di 2018
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, secara kumulatif nilai ekspor tahunan Indonesia pada 2018 mencapai USD180,06 miliar atau meningkat 6,65% dibanding tahun 2017. Sedangkan nilai impor tahun 2018 mencapai USD188,63 miliar atau meningkat 20,15% dibanding tahun 2017.

Kondisi itu menyebabkan defisit neraca dagang Indonesia membengkak menjadi USD8,57 miliar. ”Jika dilihat penyebabnya, yaitu lebih karena defisit migas sebesar USD12,4 miliar, sedangkan untuk nonmigas kita masih surplus USD3,8 miliar,” kata Suhariyanto di Jakarta, kemarin.
3. Apa yang di Ekspor dan Impor selama 2018
Suhariyanto memaparkan, sepanjang tahun lalu ekspor nonmigas mencapai USD162,65 miliar atau meningkat 6,25%. Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Desember 2018 naik 3,86% dibanding tahun 2017 yang disumbang ekspor besi/ baja.
Baca Juga: Defisit Neraca Perdagangan 2018 Terburuk Sejak 1975
Demikian juga ekspor produk pertambangan dan lainnya meningkat 20,47% yang disumbang meningkatnya ekspor batu bara, sedangkan ekspor produk pertanian menurun 6,40% disebabkan menurunnya ekspor kopi. Dari sisi impor, peningkatan terjadi pada impor migas dan nonmigas masing-masing USD5,5 miliar (22,59%) dan USD26,2 miliar (19,71%).
Lebih lanjut peningkatan impor migas disebabkan naiknya impor seluruh komponen migas, yaitu minyak mentah USD2 miliar (29,70%), hasil minyak USD3 miliar (21,02%), dan gas USD340,3 juta (12,49%). Selama tiga belas bulan terakhir, nilai impor migas tertinggi tercatat pada Agustus 2018 dengan nilai mencapai USD3 miliar dan terendah terjadi pada Desember 2018, yaitu USD2 miliar.