Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Fakta Defisit Neraca Perdagangan Terburuk Sepanjang Sejarah, Nomor 4 Solusinya

Koran SINDO , Jurnalis-Rabu, 16 Januari 2019 |10:36 WIB
Fakta Defisit Neraca Perdagangan Terburuk Sepanjang Sejarah, Nomor 4 Solusinya
Ilustrasi: Foto Koran Sindo
A
A
A

Sementara nilai impor nonmigas tertinggi tercatat pada Juli 2018 sebesar USD15,6 miliar dan terendah pada Juni 2018 dengan nilai USD9,1 miliar. Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Desember 2018 adalah China dengan nilai USD45,24 miliar (28,49%), JepangUSD17,94miliar( 11,30%), dan Thailand USD10,85 miliar (6,83%).

Sementara itu, nilai impor semua golongan penggunaan barang, baik barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal selama Januari– Desember 2018 mengalami peningkatan dibanding periode sama tahun sebelumnya masing- masing 22,03%, 20,06%, dan 19,54%.

4. Ini Hal yang Harus Dilakukan Guna Mengurangi Defisit

Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyatakan, untuk mengatasi besarnya defisit neraca perdagangan tersebut, pemerintah harus mendorong peningkatan lifting minyak di Tanah Air dengan menciptakan investasi migas yang berkualitas khususnya di bidang eksplorasi.

Baca Juga: Neraca Perdagangan 2018 Diprediksi Defisit hingga USD8 Miliar

Selain itu, kata Bhima, pemerintah juga harus mampu menekan impor migas melalui percepatan program Mandatory Biodiesel 20% (B20). Bhima mengakui, saat ini masih ada kendala dalam pasokan bahan baku FAME dan kesiapan pengguna bahan bakar tidak bersubsidi (non-PSO) dalam serapan B20.

Seperti diketahui, pemerintah berusaha mengendalikan impor dengan mengerem laju 1.147 komoditas konsumsi dan modal serta berupaya menerapkan program B20. ”Pemerintah juga diminta segera menunda proyek infrastruktur yang berkontribusi pada tingginya impor bahan baku dan barang modal. Terakhir, dari sisi ekspor kuncinya adalah hilirisasi industri,” tuturnya.

5. Bagaimana dengan Perdagangan di 2019?

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengatakan, untuk menjaga stabilisasi ekonomi Indonesia di masa depan, ada beberapa hal yang perlu diantisipasi baik di lingkup global maupun domestik.

Baca Juga: BPS: Neraca Perdagangan 2018 Defisit USD8,57 Miliar

Pada lingkup global, hal-hal yang perlu diantisipasi yaitu perekonomian global yang tumbuh melambat 3,7%, volume perdagangan dunia yang tumbuh 4%, serta harga beberapa komoditas nonmigas seperti minyak sawit, karet, kopi, kakao, teh, udang, kayu gergajian, dan barang tambang (aluminium, tembaga, nikel, dan timah) yang diprediksi menguat 0,3-3,9%.

Sementara tantangan domestik berupa daya saing nasional yang masih perlu ditingkatkan, stabilisasi nilai tukar Rupiah, dan risiko politik dari terselenggaranya pemilu serentak 2019.

”Pemerintah optimis dan realistis menghadapi tantangan ekonomi global dan domestik. Dengan mempertimbangkan berbagai tantangan tersebut, target pertumbuhan nilai ekspor nonmigas 2019 ditetapkan moderat 7,5%,” ujarnya. Selain itu, Kemendag juga berkomitmen menyelesaikan 12 perjanjian perdagangan internasional di tahun 2019.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement