Dia mengungkapkan, jumlah tersebut belum termasuk rumah-rumah komersial di segmen menengah atas di Jabodetabek dan kota-kota besar lainnya. Menurut Soelaeman, memang pendataan rumahrumah komersial (nonsubsidi) terutama di daerah memang mengalami kendala karena pengembang tidak memberikan laporan pembangunannya.
Namun, kata dia, dari data tercatat daerah Jawa Barat dan Jawa Timur menjadi dua daerah dengan pembangunan rumah subsidi terbanyak. Adapun masing-masing pembangunan rumah subsidi di Jawa Barat dan Jawa Timur adalah 31.858 unit dan 29.653 unit.
Daerah selanjutnya adalah Sumatera Selatan, Banten, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Barat. Lalu ada juga Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, hingga Sulawesi Selatan. “Jadi 10 daerah ini yang paling banyak memproduksi rumah-rumah MBR,” ujar Soelaeman.
Pengamat Properti Panangian Simanungkalit menyambut baik target dan optimisme REI dalam membangun rumah murah. Pengembang, ungkap dia, mesti mencari strategi dalam membangun hunian terjangkau, terutama menggarap pasar milenial yang terus meningkat jumlahnya, di mana umumnya mereka belum berminat memiliki properti.
Gaya hidup milenial saat ini lebih senang menyewa atau tinggal dengan orang tua dibandingkan membeli properti. “Ini menjadi persoalan. Kalau begitu akan ada over supply nantinya sehingga permintaan stagnan dan mengakibatkan gerusan pasar,” ujar Panangian.
Meski begitu, Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia ini menyarankan supaya pengembang tidak perlu khawatir kehilangan pasar. Pasalnya, jumlah milenial saat ini berkisar 35% dari total masyarakat Indonesia. Berdasarkan catatan BPS, saat ini terdapat sekitar 90 juta milenial yang berumur 20 hingga 34 tahun.
Jumlah tersebut merupakan pasar yang masih besar. Namun, Panangian mengingatkan supaya pengembang beradaptasi dengan gaya milenial atau membuat terobosan yang mengarah pada kebutuhan milenial.
“Jadi pengembang itu harus banting setir, suplai yang harus menyesuaikan permintaan. Pengembang harus melihat bahwa pasarnya sekarang middle ke low bukan middle upper lagi sehingga investor harus membuat milenial yang berpenghasilan rendah tertarik membeli properti,” ujarnya. (Rendra Hanggara)
(Dani Jumadil Akhir)