Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

RI Sibuk Kejar Industri 4.0, Jepang Masuki Era Society 5.0

Koran SINDO , Jurnalis-Jum'at, 08 Februari 2019 |08:43 WIB
RI Sibuk Kejar Industri 4.0, Jepang Masuki Era Society 5.0
Ilustrasi: Foto Koran Sindo
A
A
A

Terkait pesatnya perkembangan teknologi di Jepang yang mengarah pada inisiatif Society 5.0, Yuswo menilai hal tersebut sebagai respons atas populasi penduduk di negara itu yang kian menua. Untuk itu, Jepang mengambil spesialisasi di empat bidang yang berbeda dari Jerman maupun AS yaitu: healtcare, mobility, infrastructure, fintech.

“Dari sisi teknologi yang diimplementasi, pendekatan Society 5.0 sesungguhnya tak jauh beda. Yang membedakan adalah titik pandang dan perspektifnya. Kalau Industry 4.0 (Jerman) dan AS lebih fokus kepada pengembangan teknologi, maka Society 5.0 menggunakan pendekatan yang lebih “human-focused”,” ujar Yuswo.

Dengan konsep seperti itu, Pemerintah Jepang melihat bahwa teknologi masa depan seperti AI, harus tetap menempatkan manusia sebagai pengendali dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemanfaatan manusia yaitu dengan menciptakan super-smart society untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Jepang.

Yuswo menambahkan, Jepang terbukti telah berhasil membuat inisiatif dalam pengembangan industri autpomotif pada tahun 1970-an. Saat itu Jepang melakukan hal yang sama dengan konsep lean manufacturing yang kemudian menempatkan Toyota sebagai pemimpin industri otomotif dunia. “Kejayaan itu rupanya mau diulang lagi dengan inisiatif Society 5.0 ini,” katanya.

Sementara itu, pengamat ekonomi Raden Pardede mengatakan, Indonesia mau tidak mau harus mengejar ketertinggalan revolusi industri. Pasalnya Indonesia masih berada pada old industry di mana masih banyak menggunakan Industri 1.0 dengan keterampilan rendah dan menengah.

“Di sini dunia Industri Indonesia akan menghadapi berbagai tantangan maupun peluang di era industri 4.0, khususnya bagi tenaga kerja Indonesia terjadi job destruction,” kata dia.

Menurut Pardede, pada prosesnya maka harus pandai melihat tantangan maupun peluang Industri 4.0. Adapun tantangan utama menghadapi Industri 4.0 ialah SDM karena revolusi industri keempat ini mengalami dua fase yakni fase job disruption dan fase job creation.

Pemerhati Komunikasi Digital Firman Kurniawan menilai, harus ada pelibatan perguruan tinggi dalam menyiapkan SDM menghadapi Industri 4.0.

Dia mengkritisi, kesiapan SDM menghadapi Industri 4.0 masih gagap. Untuk itu, pemerintah wajib mengejar ketertinggalan revolusi industri untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. (Neneng Zubaidah/Ichsan Amin/Nanang Wijayanto/Muh Shamil)

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement