JAKARTA - Hasil studi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dan Asian Development Bank (ADB) menyebutkan pentingnya mendorong sektor manufaktur untuk mengerek pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi, karena tanpa industrialisasi dan teknologi tinggi sulit bagi Indonesia mencapai pertumbuhan di kisaran 7%.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro di Jakarta, Jumat, saat peluncuran hasil studi yang dituangkan dalam bentuk Buku Kebijakan untuk Mendukung Pembangunan Sektor Manufaktur di Indonesia 2020–2024 itu mengatakan pertumbuhan ekonomi tinggi diperlukan Indonesia agar dapat menjadi negara maju dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Indonesia juga memerlukan diversifikasi ekonomi dan pertumbuhan sektor manufaktur yang lebih cepat.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Bisa 7% kalau Pemerintah Dorong Investasi
"Dalam waktu lima belas tahun ke depan, Indonesia bertekad untuk menjadi negara berpendapatan tinggi. Namun, hasil studi ADB-Bappenas menunjukkan struktur perekonomian yang masih berbasis komoditas serta manufaktur dan jasa berteknologi rendah akan menyulitkan Indonesia untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi. Untuk itu, pemerintah harus mendorong industrialisasi agar pertumbuhan Indonesia lebih tinggi dalam jangka menengah dan panjang," ujar Bambang dilansir dari Antaranews.com, Jumat (8/2/2019).
Sektor manufaktur Indonesia saat ini belum terdiversifikasi dan masih mengekspor produk dengan variasi yang relatif sedikit. Ekspor utama Indonesia saat ini juga masih didominasi oleh komoditas mentah dan barang manufaktur sederhana.
Hal ini sangat berbeda dengan jenis produk ekspor dari negara maju, dimana produknya relatif lebih kompleks dan bernilai lebih tinggi, seperti mesin, bahan kimia, ataupun elektronik.
Meskipun sebagian besar perusahaan Indonesia sudah terhubung dengan rantai nilai global, lanjut Bambang, tetapi sebagian besar eksportir tersebut merupakan pemasok bahan mentah untuk industri di negara lain.
Selain itu, proporsi tenaga kerja yang bekerja di sektor manufaktur Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara Asia yang berpendapatan tinggi pada puluhan tahun lalu. Sementara itu, sekitar 99% dari perusahaan manufaktur di Indonesia berukuran mikro atau kecil.
Bambang menuturkan hasil studi tersebut menganalisis prospek pertumbuhan Indonesia selama 2020–2024, khususnya bagaimana ekonomi Indonesia dapat tumbuh di kisaran tujuh% di masa datang.
Studi tersebut juga membahas pentingnya upaya diversifikasi dan meningkatkan sektor manufaktur, termasuk agar pemerintah dapat mendorong kebijakan industri yang lebih modern, serta peranan penting dari kebijakan fiskal dan moneter dalam mendukung pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.