JAKARTA - Kinerja neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2019 diprediksi masih mengalami defisit. Laju impor memang akan lebih melandai di awal tahun, namun tetap saja laju ekspor jauh lebih rendah.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksi, neraca perdagangan awal tahun ini defisit sekitar USD777juta. Angka ini memang lebih rendah dari realisasi pada Desember 2018 yang tercatat defisit USD1,1miliar.
Baca Juga: Mendag: Neraca Perdagangan Januari 2019 Defisit
"Pada Januari 2019, laju ekspor diperkirakan turun 0,12% (year on year/yoy) dan laju impor diperkirakan naik 0,02% yoy," katanya kepada Okezone, Jumat (15/2/2019).
Dia menjelaskan, laju impor diperkirakan akan flat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini mengingat impor non-migas khususnya bahan baku cenderung melandai mempertimbangkan aktivitas manufaktur di awal tahun yang menurun, sejalan dengan siklus tiap tahunnya.
"Sementara itu impor migas juga cenderung menurun sejalan dengan stabilnya harga minyak dunia di kisaran USD50 per barel," ujar dia.
Di sisi lainnya, laju bulanan ekspor masih lebih rendah daripada impor. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan volume terindikasi dari tren melambatnya aktivitas manufaktur mitra dagang utama seperti Jepang, Tiongkok dan Eropa.
"Meskipun beberapa harga komoditas ekspor cenderung naik seperti CPO naik 12,5% (mont to month/mtm), karet alam naik +7,2% mtm, sedangkan batubara turun 2,8% mtm," tuturnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)