Sebelumnya, Deputi Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdalifah Machmud menyebutkan adanya keterlambatan dari pihak pemerintah dalam mengantisipasi kekurangan jagung saat paceklik. Pernyataan tersebut disesalkan oleh Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (PPHPTP) Gatut Sumbogodjati. Menurut Gatut, pernyataan itu mendiskredit kerja para petani jagung yang sudah berproduksi maksimal, bahkan pada periode musim yang sering disebut paceklik.
“Kami minta Bu Musdhalifah jangan hanya mengutip dan menyebarkan berita yang tidak didukung oleh data lapangan. Kami khawatir pernyataan beliau dimanfaatkan pihak-pihak tertentu yang mendukung impor. Kebijakan impor di kala panen seperti ini bisa menyakiti petani,” seru Gatut.
Dalam pernyataannya, Mushdalifah turut menyebutkan bahwa harga jagung pipilan sudah menyentuh harga Rp6.200 per kilogram. Data ini dibantah oleh Gatut.
“Harga jagung Rp6.200/kg karena harga itu tidak pernah terjadi dan tidak pernah dinikmati oleh petani. Kami belum pernah temukan di lapangan. Pabrik pakan pun belum pernah menjual harga jagung pipilan kering Rp6.200/kg,” tandas Gatut.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Serealia Bambang Sugiharto meminta semua elemen pemerintah untuk mewujudkan cita-cita pemerintahan Jokowi –Jusuf Kalla untuk mewujudkan swasembada pangan.