Kemenperin sudah melakukan link & match 700 lebih industri dengan hampir 1.300 SMK. Selain itu, mempunyai sembilan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sepuluh Politeknik dan dua Akademi Komunitas (Akom) yang mengusung dual system. Dalam dua tahun terakhir Kemenperin juga sudah membangun empat politeknik, antara lain di Morowali, Bantaeng, Solo dan Kendal.
“Dual system ini adalah 30% teori dan 70% praktik, dan praktiknya di industri. Kalau sekolah vokasi baja di sini, nanti praktiknya langsung di pabrik, mereka sudah mempunyai pengalaman langsung di lapangan jadi tidak membayangkan lagi. Mereka selesai sekolah vokasi langsung siap bekerja,” tegasnya.
Airlangga menyampaikan, industri logam nasional pada tahun 2018 tumbuh mencapai 7,6% atau naik dibandingkan 2017 yang mencapai 6,33%, dan lebih baik daripada tahun 2016 yang tumbuh 2,35%. Sehingga, di masa mendatang sektor ini cukup prospektif, terutama jika dilihat dari sisi permintaan. “Maka itu, pemerintah berkomitmen menciptakan iklim usaha yang kondusif agar dunia industri tetap bergairah melakukan investasinya di Indonesia,” imbuhnya.
Sebagai upaya mendorong penumbuhan investasi baru di sektor manufaktur, termasuk industri logam, pemerintah memberikan berbagai fasilitas diantaranya tax holiday, tax allowance dan pembebasan bea masuk terhadap barang modal untuk investasi serta tata niaga. Fasilitas ini, terang Airlangga, akan mendukung industri dalam peningkatan investasi. Di sektor logam, akan mampu menumbuhkan industri hulu yang dapat mengurangi ketergantungan bahan baku impor.
(Feby Novalius)