JAKARTA - Makassar ambil bagian dalam implementasi Revolusi Industri 4.0. Meski menerapkan era industri 4.0, tetap tidak meninggalkan kultur budaya yang tercermin dalam Sombere and Smart City.
Sombere adalah great hospitality, great humble, and great brotherhood. Someber dan Smart City itu sebuah konsep agar manusia mampu bagaimana cara mengkoneksikan hati dan pikiran.
“Industri 4.0 ini identik dengan penggunaan robot, tetapi robot tidak punya hati, oleh karena itu masyarakat tetap membutuhkan sentuhan manusia," kata Walikota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto dalam Round Table Discussion menyambut HUT Okezone yang ke-12 yang bertajuk "Kolaborasi Untuk Negeri" di Gedung Inews, Selasa (12/3/2019).
Dia menambahkan kalau kita melihat revolusi industri 4.0, merupakan sebuah kecepatan jawaban tentang kebutuhan manusia. Maka kami membuat persiapan dan itu sudah di diskusikan untuk Makassar 4.0.
Baca Juga: Implementasi Industri 4.0 di Sektor Transportasi, dari Jasa Marga hingga Grab
Selain itu, persoalan smart city menjadi bagian 4.0, penggunaan kartu tol, AI dan big data. Di Makassar persoalan big data ada kekhawatiran replace.
Artinya, ini akan menggantikan banyak posisi manusia bahkan di khawatirkan istri pun bisa diganti karena di Jepang sudah ada tanda-tanda seperti itu.
"Secanggih apapun teknologi 4.0, orang akan tetap merindukan sentuhan manusia," katanya.

Perlu diketahui bahwa Makassar Smart City itu hampir sama dengan ATM. Ramdhan bekerja sama dengan salah satu Bank nasional agar berjalan dengan baik.
"Itu kartu standar tetapi luar biasa kartu ini bisa ambil duit, tapi di dalamnya ada medical record. Ini high touch tapi high taech. Selain itu juga ada smart library, smart kantin dan smart cash," ujarnya.
Program Smart City dapat dirasakan warga kota lewat Smart Card, kartu yang mengintegrasikan, layanan perbankan dan informasi kesehatan.
Baca Juga: Hadapi Era Industri 4.0, Kualitas SDM Indonesia Harus Ditingkatkan
"Ada juga Student Smarrt Card yang nantinya anak-anak pakai kartu itu selain bisa digunakan belanja, tetapi bisa juga terdeteksi oleh orang tuanya terlebih ibunya yang biasanya khawatir keberadaan anaknya. Dalam kartu tersebut hanya taping saja ibunya tahu kalau sang anak sedang belanka di mana, makan apa, jam berapa. Nah ini yang dinamakan high tpuch karena ibunya selalu tersentuh dengan teknologi," jelas Ramdhan.
Program lainnya yang berbasis Smart Citry adalah Makassar Home Care yaitu sebuah layanan kesehatan berbasis teknologi yang sudah berdiri sejak 4 tahun dengan limit nelpon 15 menit pasien dpat menelfon dan dokter nantinya akan segera kerumah.
Misalnya ketika pasien tersebut mengidap penyakit jantung maka harus segera ditangani, nah dalam mobil ambulance tersebut sudah dideteksi dengan alat yang canggih dengan data real time dari USG.
“Jadi dokter yang datang ke rumah pasien dengan dokter yang sedang berada di luar bisa berkolaborasi melalui android to android dengan durasi 10 menit, jadi bisa di tanganin oleh dokter langsung,” tuturnya.
(Feby Novalius)