Ubah Mindset
Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi mengajak para petani untuk merubah mindset, merubah pola pikir bahwa keuntungan di pertanian juga di perkebunan yang paling besar itu justru di paska panennya. Diproses penggilingannya kalau padi misalnya, di porses packaging-nya, kemasannya. Kemudian diproses menjualnya untuk ke pasar.
Untuk itu, Kepal Negara mengajak para petani yang tergabung dalam HKTI agar mulai berpikir ke paska panennya, misalnya, RMU, rice milling unit beserta seluruh perangkat kemasan, membuat brand labelnya, namanya. Sehingga packaging itu betul-betul sebagai sebuah produk yang memang layak untuk langsung dipasarkan di hipermarket, di supermarket, di minimarket.
“Ini saya lihat mulai, sudah mulai di dalam 4 tahun ini mulai kita arahkan ke sana. Dan memang perbankan ini harus berperan,” ungkap Kepala Negara.
Problemnya sekarang, lanjut Presiden, pembelian RMU untuk kemasan, dryer, itu memang perlu dukungan dari perbankan. Ia meminta agar bank-bank negara seperti BRI, Mandiri, BTN, dan BNI memberikan support sebanyak-banyaknya sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
Namun Presiden Jokowi juga mendorong para petani untuk mengkoorporasikan. “Jadi petani itu membuat korporasi, bukan koperasi, korporasi. Isinya bisa koperasi, bisa kelompok-kelompok tani tapi dalam jumlah yang besar. Kemudian ambil RMU, dryer, packaging semuanya ada, berikan ke bank. Sudah, suruh biayai. Balik itu dalam 2-3 tahun,” tutur Presiden seraya menambahkan, korporasi itu harus dikelola dengan manajemen yang bagus.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Mensesneg Pratikno, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Ketua Badan Pertimbangan HKTI Oesman Sapta, dan jajaran pengurus HKTI.
(Dani Jumadil Akhir)