Sementara, Ekonom indef Bima Yudhistira mengingatkan membawa ke WTO akan memakan waktu antara empat sampai lima tahun." Itu pun kalau menang."
Dalam kurun waktu empat sampai lima tahun tersebut, UE sudah mulai mengurangi penggunaan sawit. Artinya dampak langsungnya sudah mulai terjadi, tambahnya.
Bima juga menyayangkan Indonesia yang terlambat bersikap. Malaysia bergerak sejak 2015 termasuk melobi Eropa dengan menekankan mereka menanam dengan cara lebih ramah lingkungan.
"Maksud saya jangan sampai di ujungnya nanti bukan sawit secara general, tapi sawit dari Indonesia (yang dilarang masuk)," tambah Bima.
5. Apakah ancaman boikot produk Uni Eropa bakal efektif?
Pemerintah mengancam akan memboikot produk Uni Eropa jika Parlemen Eropa menyetujui rancangan larangan penggunaan swait untuk biodiesel.
"Kami pertimbangkan semua, tadi saya sudah sebutkan beberapa. Dalam hidup ini harus punya pilihan. Kami tidak mau didikte. Kami harus tegas," ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan di Jakarta, Rabu (20/3).
Senada dengan Luhut, Menteri Koordinator Perekonomian juga setuju dengan boikot.
"Memangnya kenapa? Kalau Uni Eropa bertindak sepihak, masak kita enggak bisa lakukan sepihak," katanya
Tetapi ekonom Indef, Bima Yudhistira mengatakan, melayangkan tindakan balasan atau retataliasi dagang memang akan lebih efektif.
Ia menyarankan yang bisa dilakukan adalah menaikkan bea masuk atau menerapkan kebijakan non tarif terhadap sejumlah produk Eropa, seperti otomotif, wine, minyak, keju dan lain-lain.
Langkah ini akan menunjukan Indonesia tidak main-main, katanya.
"Ini kalau berhasil dan kongkrit dilakukan akan membuat mereka berpikir dua kali untuk melakukan hambatan dari ekspor sawit. Tapi selama ini kebanyakan hanya gertak," papar Bima.
6. Apa tanggapan Uni Eropa atas ancaman Indonesia?
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Guerend menyebut pertemuan dengan delegasi Indonesia di WTO akan lebih baik ketimbang perseteruan berlarut-larut.
"Saya kira kalau ada ketidaksepakatan dalam perdagangan, ini harus diuji di WTO dan ini adalah jalan terbaik dan kita percaya sengketa bisa diselesaikan dengan cara yang tepat," katanya pada para wartawan usai konferensi pers di kantor Kemenlu RI, Jakarta, Rabu (20/03).
Menanggapi rencana boikot Indonesia, dia mengingatkan bahwa WNI yang bekerja di perusahaan Eropa sebanyak satu juta orang lebih. Jika kondisi terus memanas akan menimbulkan situasi yang tidak baik, ujarnya.
"Kalau Indonesia sampai memboikot produk UE ini akan menjadi lose-lose dan kita maunya ada win-win," lanjutnya.
Ia membantah Uni Eropa berniat memproteksi produk setempat melalui pengesahan RED II. Dia mengklaim Uni Eropa mendukung perdagangan yang berbasis peraturan internasional dan WTO.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)