Dengan capaian itu, POWR itu melaporkan penjualan bersih USD574,1 juta atau tumbuh 1,4% secara tahunan pada 2018. Dari situ, laba kotor yang dibukukan senilai USD215,4 juta atau naik 3,6% secara tahunan. Perseroan mencatat earning before interest, taxes, depreciation, and amortization(EBITDA) senilai USD221,3 juta pada tahun lalu. Realisasi itu naik 4,5% dibandingkan dengan periode 2017.
POWR menyebut pertumbuhan itu disebabkan oleh peningkatan penjualan listrik kepada pelanggan kawasan industri. Selain itu, terjadi efisiensi bahan bakar sebesar 7,3% pada 2018. Perseroan tahun ini mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar USD40 juta - USD50 juta. Capex tersebut meningkat 25% dibandingkan 2018. Belanja modal ini semuanya dari kas internal perusahaan.
Investor Relation and Corporate Finance Manager Cikarang Listrindo, Baskara Rosadi Van Roo pernah bilang, belanja modal ini akan digunakan untuk kebutuhan perawatan pembangkit listrik. Guna merampungkan pembangunan jalur distribusi, perseroan memerlukan dana sekitar USD15 juta untuk tahun 2019. Saat ini perusahaan memiliki pembangkit listrik berbahan gas (PLTG) 1 yang memiliki kapasitas 755 megawatt (MW). Selain itu, mereka juga mengoperasikan PLTG II memiliki kapasitas cadangan sebesar 109 MW.
POWR memiliki tenaga listrik berbahan bakar batubara atau PLTU berkapasitas 2x140MW yang mulai dioperasikan pada 2007. Hingga saat ini, total kapasitas terpasang POWR mencapai 1.144 MW.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)