The McKinsey Global Institute memperkirakan bahwa Indonesia, yang kini berada di peringkat ke-16 dalam kekuatan ekonomi global akan terus naik peringkat ekonomi global menjadi yang ketujuh pada tahun 2030.
"Selain itu, PricewaterhouseCoopers bahkan percaya bahwa Indonesia akan menjadi ekonomi terbesar ke-4 di dunia pada tahun 2050," kata dia.
Keberhasilan Indonesia di tengah gejolak global yang masif tentunya tidak dapat dipisahkan dari fundamental makro ekonomi Indonesia yang kokoh serta koordinasi kebijakan yang kuat, sebagaimana disebutkan dalam laporan triwulanan ekonomi Bank Dunia Indonesia, Desember 2018. Selain fundamental, peluang perekonomian ke depan sangat besar, didorong oleh peran teknologi digital yang semakin besar.
Indonesia memiliki kesempatan berkembang yang sangat besar dengan memanfaatkan peran ekonomi digital untuk mendorong produktivitas dan meningkatkan taraf hidup masyarakat," jelasnya.
Sementara itu, anggota ABAC Indonesia Shinta Widjaja Kamdani menyatakan ABAC juga sangat mendukung sektor finansial yang semakin inklusif, pemberdayaan perempuan dalam ekonomi melalui kesamaan akses dan inisiatif ABAC Impact Fund.
"Partisipasi perempuan di dalam ekonomi merupakan salah satu faktor penting bagi pencapaian pertumbuhan kawasan Asia-Pasifik yang inklusif serta memastikan bahwa masyarakat yang paling rentan pun mendapatkan manfaat seluas-luasnya. Oleh karena itu, didalam pertemuan ABAC II Jakarta 2019 mendatang, ABAC Indonesia mendorong topik ini untuk menjadi perhatian yang harus dikedepankan," tutur dia.
Dia mengungkapkan, pembahasan mengenai topik ini akan difokuskan untuk mendorong kewirausahaan perempuan melalui financing and bundling of services (pembiayaan dan juga kebutuhan lain yang dibutuhkan wirausahawan perempuan seperti training, mentorship, jaringan bisnis, formalisasi usaha, dan lain-lain), meningkatkan partisipasi perempuan di tempat kerja, dan melalui inisiatif pembentukan ABAC Impact Fund.
"ABAC Impact Fund sendiri merupakan inisiatif Indonesia dan akan menjadi kontribusi ABAC secara keseluruhan untuk mendorong pembangunan ekonomi yang inklusif di kawasan Asia-Pasifik. Insiatif ini merupakan kemajuan dari proses ABAC yang sebelumnya lebih diarahkan untuk memberikan rekomendasi kebijakan kepada para pemimpin Ekonomi APEC menjadi lebih kepada aksi nyata," ungkap dia.
Dengan lebih dari 60 Anggota ABAC yang seluruhnya merupakan pemimpin perusahaan terkemuka di kawasan Asia-Pasifk, ABAC Impact Fund memiliki potensi yang luar biasa untuk menyentuh dan memberikan dampak yang signifikan terhadap masyarakat Asia-Pasifik sekaligus sebagai salah satu proses menuju Free Trade Area on Asia Pacific (FTAAP) yang dicita-citakan oleh APEC Bogor Goals 1994.
Muara dari semua inisiatif ABAC Indonesia adalah agar kerjasama perdagangan, investasi dan ekonomi membawa dampak pada pembangunan yang semakin inklusif kedepannya. Salah satu agenda yang konsisten dibawa oleh ABAC Indonesia adalah mendorong sektor Finansial yang semakin inklusif.
Sedangkan, Anggota ABAC Indonesia Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, tahun ini Indonesia menjadi champion dalam isu inklusi finansial dengan fokus kepada peran inklusi pada tabungan, dana pensiun dan asuransi.
"Rekomendasi kebijakan dalam pertemuan ABAC II Jakarta 2019 akan diajukan kepada para pengambil kebijakan di Asia-Pasifik untuk kemudian diimplementasikan," ujarnya.
Pertemuan ABAC II Jakarta 2019 ini memiliki nilai yang sangat strategis karena merepresentasikan diplomasi anggota ABAC Indonesia yang semakin kuat di antara negara Asia-Pasifik. Patut dicatat, ABAC II Jakarta 2019 ini dilakukan setelah perhelatan ABAC I di Atlanta, Amerika Serikat dan sebelum pertemuan ABAC III di China.
"Pertemuan ABAC II Jakarta 2019 diharapkan dapat menjembatani kerja sama multilateral yang semakin baik ke depannya," katanya.
(Dani Jumadil Akhir)