Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

MRT Masuk Tangsel Pacu Pengembangan Properti

Koran SINDO , Jurnalis-Senin, 22 April 2019 |13:08 WIB
MRT Masuk Tangsel Pacu Pengembangan Properti
Foto: Okezone
A
A
A

TANGERANG SELATAN - Wacana moda transportasi massal mass rapid transit (MRT) menembus Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dapat memacu pengembangan properti.

Keberadaan MRT juga melengkapi Tangsel sebagai kota meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE). Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan, kehadiran MRT semakin mengukuhkan Tangsel sebagai kawasan megapolitan di Banten.

Apalagi, pembangunan di Tangsel berkembang pesat selama 10 tahun terakhir yang sekitar 60% wilayahnya ditanam investasi oleh para pengembang besar. Terdapat tiga pengembang besar di Tangsel seperti PT Jaya Real Property di Bintaro, Pondok Aren kemudian Sinarmas Land dan PT Alam Sutera Realty di Serpong.

“Pengembang ini telah menjadi satu identitas bagi Tangsel sehingga kehadiran MRT dapat saling melengkapi pembangunan yang ada,” ujar Benyamin kemarin.

 Baca Juga: Usai Jakarta, MRT Tangsel Segera Terwujud

Saat ini MRT telah melayani rute Bundaran HI-Lebak Bulus, Jakarta Selatan sepanjang 15,7 kilometer. Supaya bisa diteruskan ke Tangsel, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melakukan penyusunan feasibility study (FS) baru kemudian masuk tahapan detail engineering design (DED). Dalam penyusunan FS, Pemkot Tangsel memiliki peran penting terutama mengusulkan rute-rute mana saja yang dilewati kereta MRT.

Ada dua pertimbangan dalam usulan tersebut, yakni MRT harus terintegrasi dengan terminal terpadu transit oriented development (TOD) di Terminal Pondok Cabe, Pamulang dan Stasiun Cisauk, Serpong. Kemudian harus bisa dirasakan oleh warga Tangsel yang bekerja di Jakarta sekaligus membawa dampak peningkatan ekonomi bagi masyarakat yang wilayahnya dilewati MRT.

Dengan demikian, Tangsel tidak hanya menjadi daerah lintasan warga perbatasan utara Kota Tangerang, selatan Kabupaten Bogor, serta barat Kabupaten Tangerang, namun menjadi kawasan transit bagi warga sekitarnya. Menurut Benyamin, trase yang akan dibangun sebaiknya tidak bertabrakan dengan konsep pembangunan pengembang yang ada. Sebaliknya, harus bisa saling menunjang dan menguatkan.

 Baca Juga: MRT Jakarta ke Tangsel Masuk Tahap Studi Kelayakan, Airin Minta Rute Ini

Adapun trase yang diusulkan lebih dari 35 kilometer, mulai dari Stasiun MRT Lebak Bulus terus lurus menuju Jalan Raya Ciputat sampai Prapatan Gaplek kemudian belok kanan hingga Kecamatan Pamulang. Dari Kecamatan Pamulang kereta MRT meluncur ke Perempatan Puspiptek atau Muncul lalu belok menuju Taman Tekno 2 di BSD ke arah Stasiun KRL Commuter Line Rawa Buntu. “Dari Rawa Buntu bisa diteruskan ke Kota Tangerang. Nanti akan jelas di DED-nya. Saat ini kan prosesnya masih studi kelayakan,” katanya.

Dengan beroperasinya MRT, tingkat kemacetan di wilayah perbatasan Tangsel akan lebih terurai. Penggunaan kendaraan pribadi juga bisa ditekan. Pengamat perkotaan Nirwono Joga menuturkan, hampir 60% lahan di wilayah Tangsel dikuasai pengembang besar. “Jadi, Pemkot Tangsel tidak bisa berbuat banyak, tapi mendukung apa yang sudah dikembangkan oleh pengembang,” ujarnya.

Meski demikian, pengembang di Tangsel juga memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat jika diberikan kemudahan transportasi melalui MRT yakni dengan menyediakan lapangan pekerjaan.

“Pemkot Tangsel juga harus mengarahkan para pengembang agar melakukan pengembangan kawasan dan pembangunan properti di sepanjang koridor MRT, itu lah konsekuensinya,” kata Nirwono.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement