4. Darmin Panggil Menteri BUMN dan Garuda
Guna menindaklanjuti permintaan dari Menhub itu, Darmin akan memanggil Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan PT Garuda Indonesia (Per sero) Tbk untuk melakukan rapat bersama.
Mantan Dirjen Pa jak itu mengaku akan memulai rapat pertama mengenai tiket pesawat yang mahal pada pekan ini sesuai dengan jadwal pejabat terkait masing-masing.
5. Dampak Luas
Tak kunjung turunnya tarif pesawat membuat beberapa sektor lesu. Organisasi Perhimpunan Hotel dan Restoran Indo nesia (PHRI) memaparkan, lonjakan harga tiket pesawat tidak hanya berdampak terhadap sektor pariwisata, tetapi juga menimbulkan efek berantai terha dap beberapa sektor seperti bisnis.
Wakil Ketua PHRI Maulana Yusran menyebutkan, tingginya harga tiket pesawat juga bisa mengganggu sektor bisnis secara luas. “Negara kita negara kepulauan, transportasi udara dan laut penting untuk berpindah. Aktivitas berpindah itu macam-macam, ada bisnis, pariwisata, dan yang lainnya. Paling penting adalah pergerakan untuk bisnis," sebut Maulana.
Menurutnya imbas mahal -nya harga tiket pesawat sudah di rasakan daerah destinasi pariwisata sejak Januari 2019. Bahkan pemerintah daerah pun sudah meminta penurunan tarif. Hotel juga merasakan imbasnya karena ada penurunan 20–40% pada Februari lalu.
Maskapai berdalih kenaikan tarif antara lain dipicu terus meningginya harga avtur sebagai dam pak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Namun di sisi lain saat ini Garuda Indonesia dan Lion Air merupakan pemain utama penerbangan Indonesia.
Maulana berpendapat, supaya bisnis tetap sehat, seharusnya dibuka kompetisi yang luas. “Jangan dibatasi dengan dua pemain, dengan demikian konsumen akan diuntungkan. Masalah negara kepulauan sebenarnya dimudahkan dengan adanya transportasi udara,” terangnya.
6. Kapan Harga Tiket Pesawat Turun?
Upaya mencari solusi masalah tarif ini sudah beberapa kali di lakukan. Termasuk dengan Presiden Joko Widodo.
Namun masyarakat menganggap tarif yang ditetapkan maskapai saat ini masih tinggi sehingga berpengaruh terhadap rencana perjalanan mereka. Masyarakat terkejut karena penyesuaian tarif sempat mencapai 200%.
Dwi Pratiknyo, warga Ciledug, Tangerang, mengeluhkan tarif pesawat yang tak kunjung turun. Bahkan saat ini tiket maskapai Lion Air maupun Citilink tak jauh selisihnya dari Garuda.
Di sisi lain Garuda menawarkan bagasi gratis dan fasilitas premium. “Terpautnya paling sekitar Rp300.000 saja,” ujarnya.
Maskapai Lion Air Group mengaku sudah merespons kebutuhan pasar dengan menurunkan tarif sejak 30 Maret lalu. Penurunan dilakukan di seluruh rute penerbangan. Corporate Communications Strategic of Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro mengatakan, penurunan harga jual merupakan kesungguhan Lion Air Group untuk menjawab tantangan serta peluang dinamika bisnis dan pasar traveling.
Apalagi mengakomodasi permintaan jasa penerbangan sejalan dengan meningkatkan aktivitas penerbangan. Pengamat penerbangan Alvin Lie mengatakan, urusan tarif tiket pesawat memang menjadi otoritas korporasi.
(Feby Novalius)