Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Harga Tiket Pesawat Naik Gila-gilaan, Wisatawan Batalkan ke Raja Ampat

Chanry Andrew S , Jurnalis-Jum'at, 31 Mei 2019 |11:37 WIB
Harga Tiket Pesawat Naik Gila-gilaan, Wisatawan Batalkan ke Raja Ampat
Pesawat. Ilustrasi: Okezone
A
A
A

JAYAPURA - Melonjaknya harga tiket yang dianggap gila-gilaan berpengaruh pada kondisi pariwisata di sejumlah daerah di Indonesia, seperti di Raja Ampat misalnya, sedikitnya 40% wisatawan membatalkan kunjungannya ke Raja Ampat, Papua Barat pada libur Hari Raya Idul Fitri, karena harga tiket pesawat yang melambung tinggi.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat Yusdi Lamatenggo mengatakan, pembatalan kunjungan wisatawan ke Raja Ampat untuk berlibur tersebut setelah pihaknya mendapatkan laporan dari operator (Agen perjalanan, penginapan, hotel, resort dan homestay.

"Semua tour yang sudah booking batal ke Raja Ampat, karena harga tiket menurut mereka sangat tidak rasional. Sangat mahal sekali,” ungkap Yusdi, yang dikonfirmasi Okezone.

Baca Juga: Harga Terlalu Mahal, Kemenhub 'Sentil' Aplikasi Penjual Tiket Pesawat

Menurut Yusdi, saat ini harga tiket menuju ke luar negeri seperti Eropa, Jepang atau negara-negara lainnya lebih murah jika dibandingkan ke kabupaten Raja Ampat. Yusdi berharap masalah ini tidak berlarut-larut, dan pemerintah pusat segera mengambil langkah sehingga harga tiket penerbangan ke Papua khususnya Raja Ampat kembali normal. “Sejak Desember 2018 sampai sekarang (Mei 2019) harga tiket ke Sorong, Papua ini luar biasa tingginya," ujarnya.

Dia mengatakan, mahalnya harga tiket di Papua ini bukan saja dikeluhkan para wisatawan. Sejumlah masyarakat Papua pun mengeluh hal serupa. Lebih lanjut Yusdi menjelaskan, fenomena ini tidak saja dialami di Raja Ampat, tetapi semua daerah wisata di Indonesia, dimana dampaknya kenaikan harga tiket yang selangit ini membawa dampak negatif bagi perkembangan wisata tanah air. “Ini isu nasional, harga tiket dalam negeri mahal, sedang tiket ke luar negeri murah,” katanya.

pesawat

Menurut dia, hal ini juga berdampak pada pengembangan ekonomi daerah, karena tingkat kunjungan wisatawan berbanding lurus dengan ekonomi daerah.

“Ini otomatis, karena berkurang jumlah wisatawan maka berkurang juga orang yang menginap baik di hotel, resort, homestay maupun penginapan. Jika orang berkurang otomatis pendapatan atau pemasukan berkurang,” ujarnya.

Disebutkan, berdasarkan data di 2018 lalu, rata-rata wisatawan per musim liburan seperti liburan Natal, Hari Raya Idul Fitri sekitar 4.000 wisatawan. Tetapi pada masa liburan menjelang Hari Raya Idul Fitri 2019, kunjungan wisatawan menurun sangat drastis.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement