"Ada banyak industri manufaktur dari China pada pindah ke Vietnam, Kamboja, dan Malaysia. Seharusnya Indonesia bisa mendapatkan satu kesempatan, itu bisa dimanfaatkan betul oleh pemerintah," ujarnya.
Dirinya juga mengatakan, tak sepakat dengan pandangan Sri Mulyani maupun Menteri Koordinator Bidang Perkeonomian Darmin Nasution yang selama ini menyebut perang dagang menghambat ekspor Indonesia. Kata dia, ekspor Indonesia ke China terus tumbuh dari tahun 2012 mencapai USD18,4 miliar menjadi USD27,13 miliar pada 2018.
Baca Juga: Rapat Paripurna, Sri Mulyani Sampaikan Tanggapan Pemerintah Soal RAPBN 2020
Dengan demikian, data tersebut menunjukkan China tetap menjadi potensi pasar yang besar bagi Indonesia, meski Negeri Tirai Bambu itu ekonominya terdampak oleh perang dagang dengan AS.
"Jadi China yang korban (perang dagang) oleh Amerika masih mempunyai satu pasar yang bagus sebenarnya untuk Indonesia ke China. Jadi apa yang dikatakan Menteri Keuangan itu tidak benar," katanya.
(Dani Jumadil Akhir)