JAKARTA - Dalam Rapat Paripurna yang berlangsung hari ini, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dari Fraksi Gerindra Bambang Haryo menyampaikan pandangannya terkait perang dagang kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang turut hadir dalam rapat.
Menurutnya, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China tak seharusnya menekan pertumbuhan ekonomi dan ekspor Indonesia. Dia menilai, perang dagang sebenarnya jadi peluang bagi ekspor Indonesia.
"Menteri Keuangan mengatakan ekonomi kita mengalami penurunan akibat dari trade war (perang dagang). Kami tidak sependapat," kata dia dalam rapat di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (11/6/2019).
Baca Juga: Strategi Sri Mulyani Kejar Target Pertumbuhan Ekonomi di 2020
Bambang mengatakan, perang dagang seharusnya menjadi peluang bagi kebangkitan industri manufaktur Indonesia. Sebab banyak sekali pengusaha yang merelokasi industri dari China ke berbagai negara di Asia. Sayangnya, peluang itu tak didapatkan Indonesia.
"Ada banyak industri manufaktur dari China pada pindah ke Vietnam, Kamboja, dan Malaysia. Seharusnya Indonesia bisa mendapatkan satu kesempatan, itu bisa dimanfaatkan betul oleh pemerintah," ujarnya.
Dirinya juga mengatakan, tak sepakat dengan pandangan Sri Mulyani maupun Menteri Koordinator Bidang Perkeonomian Darmin Nasution yang selama ini menyebut perang dagang menghambat ekspor Indonesia. Kata dia, ekspor Indonesia ke China terus tumbuh dari tahun 2012 mencapai USD18,4 miliar menjadi USD27,13 miliar pada 2018.
Baca Juga: Rapat Paripurna, Sri Mulyani Sampaikan Tanggapan Pemerintah Soal RAPBN 2020
Dengan demikian, data tersebut menunjukkan China tetap menjadi potensi pasar yang besar bagi Indonesia, meski Negeri Tirai Bambu itu ekonominya terdampak oleh perang dagang dengan AS.
"Jadi China yang korban (perang dagang) oleh Amerika masih mempunyai satu pasar yang bagus sebenarnya untuk Indonesia ke China. Jadi apa yang dikatakan Menteri Keuangan itu tidak benar," katanya.
(Dani Jumadil Akhir)