Perseroan fokus pada bisnis pertambangan, industri, pembangunan, perdagangan, transportasi, pertanian, perbengkelan dan jasa. Hingga kuartal I-2019, penjualan mencapai USD64,02 juta atau setara dengan Rp915 miliar (asumsi kurs Rp14.300 per dolar), naik dari periode yang sama 2018 yakni USD58,08 juta.

Namun laba bersih turun menjadi USD3,23 juta atau Rp46 miliar dari periode yang sama 2018 yakni USD4,96 juta. Penjualan pada kuartal I-2019 disumbang paling besar dari penjualan atas emas dan perak. Asal tahu saja, saat ini perseroan tengah membutuhkan pendanaan yang cukup besar untuk ekspansi dengan menyelesaikan dua aset yang ada dalam tahap pengembangan yaitu proyek tambang emas Doup di Sulawesi Utara dan Proyek Pani di Gorontalo.
Adapun dua aset lainnya dalam tahap eksplorasi yaitu Bolangitang dan Bulagidun yang dimiliki PT Gorontalo Sejahtera Mining (GSM). Disebutkan, nilai investasi proyek Doup sebesar USD130 juta. Sedangkan proyek Pani masih dalam tahap studi kelayakan.Kata Direktur PSAB, Deni Permadi, PSAB telah mengantongi pinjaman sindikasi dari Bank BNI sebesar USD231 juta pada April lalu.
Bank BNI telah menyediakan stand by loan untuk pembangunan pabrik Doup. Disebutkan, dana tersebut diserap sebesar USD135 juta untuk proyek Doup dan sisanya untuk membayar refinancing existing yang ada. Selain pinjaman bank, perseroan juga merencanakan penerbitan obligasi dengan target dana Rp3 triliun. Untuk tahap awal, PSAB akan menerbitkan Rp500 miliar obligasi untuk menambah uang operasional di proyek Doup.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)