Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Terkuak Fakta, 10% Orang Kaya di Indonesia Masih Pakai Elpiji 3 Kg

Yohana Artha Uly , Jurnalis-Selasa, 25 Juni 2019 |18:29 WIB
Terkuak Fakta, 10% Orang Kaya di Indonesia Masih Pakai Elpiji 3 Kg
Foto: Okezone
A
A
A

JAKARTA - Distribusi elpiji 3 kilogram (kg) yang disubsidi oleh pemerintah seringkali tidak tepat sasaran. Padahal kebutuhan energi ini ditujukan untuk masyarakat golongan tidak mampu, tapi ternyata masih dinikmati golongan kaya.

Hal ini tentunya sangat berpengaruh pada besaran subsidi yang harus dibayarkan oleh pemerintah. Pada dua tahun terakhir, konsumsi elpiji 3 kg telah melebihi kuota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

 Baca Juga: Mulai 2020, Distribusi Gas Elpiji 3 Kg Dilakukan Tertutup

Di mana pada tahun 2017 mencapai 6,41 miliar kg, bengkak dari pagunya sebesar 6,20 miliar kg. Kondisi ini berlanjut ke tahun 2018 dengan menjadi 6,53 miliar kg dari pagunya 6,45 miliar kg.

"Elpiji tabung 3 kg ini (konsumsinya) meningkat terus karena diperjualbelikan secara bebas. Konsumsi per tahun naik sekitar 5,5%," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (25/6/2019).

Menurutnya, kondisi distribusi yang bersifat terbuka membuat konsumen elpiji 3 kg tidak tepat sasaran. Sebab, masyarakat golongan apapun dapat membelinya secara bebas.

"Subsidi elpiji tabung 3 kg dinikmati oleh semua golongan masyarakat. Sebagian besar adalah golongan masyarakat kaya, 10% paling kaya itu pun masih beli tabung LPG 3 kg. Ini yang kadang-kadang kita sebut bocor, artinya dinikmati bukan oleh yang berhak," katanya.

 Baca Juga: YLKI: Awasi Konsumsi Gas Elpiji Subsidi 3 Kg

Kondisi ini tentunya tidak baik untuk terus berlanjut, karena dikhawatirkan bisa semakin meningkatkan kesenjangan atau rasio gini. Selain itu, dengan distribusi terbuka juga bisa memunculkan potensi terjadinya arbitrase atau pengoplosan dan penimbunan.

Di sisi lain, 73% kebutuhan elpiji di Indonesia masih harus dipenuni dengan impor, maka dengan terus terjadinya pembengkakan konsumsi, ini turut meningkatkan defisit neraca perdagangan.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement