Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Indonesia Butuh 1,2 Juta Rumah Baru per Tahun

Agregasi Solopos , Jurnalis-Kamis, 04 Juli 2019 |13:35 WIB
Indonesia Butuh 1,2 Juta Rumah Baru per Tahun
Ilustrasi: Foto Shutterstock
A
A
A

SEMARANG — DPD Real Estate Indonesia Jawa Tengah menyebutkan setiap tahun Indonesia memerlukan sedikitnya 1,2 juta rumah bagi sekitar 800.000 keluarga baru serta mengurangi backlog atau kekurangan rumah yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

"Kalau ingin mengurangi backlog rumah yang saat ini sekitar 11 juta, jumlah rumah yang disediakan harus lebih banyak dibandingkan dengan munculnya keluarga baru sekitar 800.000-an per tahunnya," kata Ketua DPD REI Jateng M.R. Priyanto di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Priyanto menyatakan hal itu dalam Diskusi Membangun Kemenangan bersama Semen Indonesia dengan narasumber pengamat ekonomi Arief Yulianto, Kepala Departemen Komunikasi Perusahaan Semen Indonesia Sigit Wahono, dan SVP of SMO & Communication Semen Indonesia Ami Tantri.

 Baca Juga: Backlog Tinggi, Kementerian BUMN Minta BTN Naikkan Target Penyaluran KPR

Di Jateng, kata Priyanto, backlog kepemilikan pada 2017 tercatat 1,12 juta dan backlog hunian 844.000. Secara nasional, rumah tangga yang belum memiliki rumah sekitar 17,5 juta rumah tangga.

Priyanto menjelaskan REI secara nasional pada 2019 ditarget mampu memberi kontribusi penyediaan rumah 234.900 unit, sedangkan REI Jateng mendapat target pembangunan rumah subsidi 11.000 unit pada 2019. Menurut dia, penjualan rumah subsidi sangat dipengaruhi oleh Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang disediakan pemerintah karena dari program ini konsumen mendapatkan subsidi.

"Sayangnya dana FLPP ini terbatas dan menurut informasi, Juli 2019 dana tersebut habis," katanya.

Menurut analisis Arief Yulianto, konsumen perumahan bersubsidi selama ini tidak terlalu terpengaruh dengan suku bunga KPR, tetapi lebih pada subsidi yang diberikan pemerintah, antara lain, melalui FLPP. "Dengan fasilitas tersebut, beberapa tahun di awal mereka bisa mendapatkan angsuran yang lebih ringan. Ini sangat membantu konsumen rumah bersubsidi," kata dosen Universitas Negeri Semarang itu.

 Baca Juga: Backlog Rumah Masih Menghantui RI, Bagaimana Cara Mengatasinya?

Pada beberapa bulan ke depan, ia mengkhawatirkan pemerintah akan menerapkan kebijakan uang ketat (tight money politics) untuk mengerem laju inflasi. Apabila hal itu diterapkan, berarti akan ada kenaikan suku bunga bank dan hal itu akan berimplikasi pada suku bunga KPR.

Sedamgkan, Sigit Wahono menjelaskan penjualan semen produk Semen Indonesia di Jateng pada lima bulan pertama 2019 mengalami penurunan tajam. "Penjualan semen di Jateng hingga Mei 2019 tercatat 1,25 juta ton, sedangkan pada periode sama 2018 tercatat 1,6 juta ton atau turun sekitar 25%," katanya.

Menurut dia, penurunan tersebut disebabkan banyak proyek swasta belum dimulai, investor juga masih wait and see karena Pemilu 2019, libur panjang Lebaran, dan beberapa faktor lain. "Saya kira itu fenomena tahunan. Semester II 2019 kami kira (penjualan semen) akan lebih baik dibandingkan semester I," katanya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement