Pemerintah, lanjut dia, saat ini juga sedang disiapkan tahap empat hingga tujuh dari pengembangan NCICD. “Wacana itu di wujudkan melalui kajian dan sifatnya dalam bentuk masterplan (rencana umum),” ucapnya.
Walaupun masih sebatas rencana, kemungkinan bertam bahnya jalan tol baru bisa terakomodasi melalui rencana induk jalan tol yang dimungkinkan dalam jangka waktu satu hingga dua tahun ke depan.
“Tahun 2020 masterplan ya kelar, ada kemungkinan, untuk jalan tolnya (tol tanggul) dimasuk kan setahun setelahnya,” pungkasnya.
Anggota Komisi V DPR Bidang Transportasi Muhidin M Said menyambut positif rencana pemerintah mengembangkan jaringan jalan tol baru di sebelah utara Jakarta untuk memanfaatkan tanggul laut.
Menurut dia, jaringan tol baru itu akan mampu mengurai kepadatan kendaraan dari arah Bekasi dan sekitarnya. “Apalagi aksesnya ini menghubungkan Bekasi dan Banten, saya kira ini cukup positif dan patut diapresiasi. Tapi, yang lebih penting harus kita lihat lagi dari sisi teknisnya seperti apa dari disain enginering-nya,” ucap dia.
Kendati demikian, dia berharap pembangunan infrastruktur itu semua jangan hanya bertumpu di Pulau Jawa. Tantangan pemerintah ke depan bagaimana menyeimbangkan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa demi menyeimbangkan kehidupan ekonomi penduduk yang ada di luar Jawa dan Pulau Jawa.
“Perpindahan masyarakat itu juga harus merata. Jangan hanya berpusat di Jakarta, misalnya atau kota lain di Pulau Jawa. Maka potensi-potensi ekonomi harus terus bisa lahir dan bertumbuh,” ujarnya.
Sementara itu, pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno mengatakan, konsep pembangunan jalan tol baru memanfaatkan tanggul di wilayah utara Jakarta juga harus dipikirkan dari sisi pemanfaatan pro duk angkutan massal lainnya.
Dia beralasan pemerintah juga merencanakan membangun jalur mass rapid transit (MRT) dari barat ke timur. “Ya, sebenarnya tidak masalah jalan tolnya dibangun di atas tanggul, tapi harus diutamakan adalah angkutan massalnya dulu berupa MRT yang eastwest ini,” ucapnya.
Menurutnya, baik MRT mau pun jalan tol di atas tanggul punya manfaat positif, selama mampu mengurai kepadatan kendaraan.
“Yang lebih penting adalah bagaimana mengurangi angkutan pribadi agar masyarakat beralih moda ke angkutan massal ini,” ucapnya.
Dalam pandangannya, pemerintah tidak akan membutuhkan anggaran besar melalui pemanfaatan jalan tol di atas tanggul. Sebab pembangunannya juga akan menggunakan sistem konsesi.
“Yang pasti butuh investor. Sedangkan pemanfaatan tanggul sendiri saya kira bisa menghemat karena tidak memerlukan timbunan lebih besar untuk bangun jalan tolnya,” katanya.
(Feby Novalius)