Lalu adanya ekspektasi arah kebijakan moneter yang longgar dari bank sentral negara-negara maju, salah satunya The Fed yang diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25-50 bps pada tahun ini sejalan dengan perlambatan ekonomi AS, terindikasi dari proyeksi inflasi yang lebih rendah dari perkiraan awal.
"Ruang pelonggaran kebijakan moneter BI juga terbuka mengingat nilai tukar Rupiah cenderung stabil terindikasi dari volatilitas Rupiah yang menurun dalam sebulan terakhir ini," katanya kepada Okezone.
Menurutnya, selain kestabilan rupiah, ruang pelonggaran moneter juga terbuka sejalan dengan ekspektasi menyusutnya defisit transaksi berjalan pada hingga Juni 2019. Maka dengan pelonggaran kebijakan moneter BI tersebut, pertumbuhan ekonomi bisa terjaga di tengah adanya gejolak ekonomi global.
"Diharapkan ini dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik, di tengah risiko perlambatan ekonomi global karena permasalahan perang dagang antara AS dan China," kata dia.
(rzy)