JAKARTA - Keseleo lidah (slip of tounge) hampir terjadi pada semua orang, bahkan sekelas pejabat di negeri ini. Kali ini, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengalami keseleo lidah.
Tak tanggung-tanggung, mantan Menteri Perdagangan ini menelan mentah-mentah data Google-Temasek soal unicorn Indonesia yang diklaim milik Singapura. Keempat unicorn tersebut yaitu Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka.
Baca Juga: Sebut 4 Unicorn RI Milik Singapura, Kepala BKPM Minta Maaf
Pernyataan ini sontak membuat heboh dan pada akhirnya Tom Lembong, sapaan akrabnya, meminta maaf karena bicara terlalu jauh.
Berikut fakta menariknya seperti dirangkum Okezone, Minggu (4/8/2019)
1. Gojek hingga Tokopedia Cs Diklaim Unicorn Milik Singapura
Empat perusahaan startup asal Indonesia dengan valuasi mencapai USD1 miliar atau yang biasa disebut unicorn diklaim oleh negara tetangga, Singapura. Keempat Unicorn tersebut adalah Gojek, Tokopedia, Bukalapak dan Traveloka.
Thomas Lembong mengatakan, hal tersebut terungkap dalam riset yang dibuat oleh Google dan juga Temasek tentang pertumbuhan ekonomi digital di negara kawasan Asia Tenggara. Dalam riset tersebut, keempat unicorn kebanggaan Indonesia tercantum atas nama Singapura.
“Kalau kita lihat riset oleh Google dan Temasek yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi digital ASEAN, malah empat unicorn kita diklaim sebagai unicorn mereka (Singapura)," ujarnya di Kantor BKPM, Jakarta.
Baca Juga: Tokopedia Pastikan Induk Usaha Ada di Indonesia
2. 4 Unicorn Indonesia Diklaim Singapura, Kepala BKPM Beberkan Penyebabnya
Menurut Tom, empat unicorn Indonesia yakni Go-Jek, Traveloka, Bukalapak dan Tokopedia, memang menerima pendanaan lewat Singapura karena induk perusahaan itu terdapat di Negeri Merlion.
"Faktanya empat unicorn kita induknya memang di Singapura semua. Uang yang masuk ke empat unicorn kita masuknya lewat Singapura semua. Dan seringkali masuknya bukan dalam bentuk investasi, tapi oleh induknya unicorn di Singapura langsung bayar ke vendor atau supplier di Indonesia," katanya.
Tom mengakui ada kebingungan karena para unicorn kerap mengumumkan soal investasi dan perolehan pendanaan. Akan tetapi, lanjut Tom, nilainya tidak masuk dalam arus modal perusahaan yang tercatat di Indonesia.
