Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Masalah Pemadaman Listrik PLN Tidak Selesai dengan Hanya Minta Maaf

Feby Novalius , Jurnalis-Senin, 05 Agustus 2019 |11:37 WIB
Masalah Pemadaman Listrik PLN Tidak Selesai dengan Hanya Minta Maaf
Ilustrasi Pemadaman Listrik (Foto: Reuters)
A
A
A

JAKARTA - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta Perusahaan Listrik Negara (PLN) tidak sekedar meminta maaf kepada konsumen karena terjadi pemadaman listrik kemarin. Permintaan maaf tidak menyelesaikan masalah karena konsumen sangat dirugikan.

Baca Juga: Normalisasi Listrik, Bos PLN: Maaf Butuh Waktu

"Jangan hanya sekedar minta maaf, tapi harus ada penjelasan dan kompensasi apa. Karena masyarakat dirugikan," ujar Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi kepada Okezone, Senin (5/8/2019).

YLKI menyesalkan terjadinya pemadaman listrik secara total di wilayah Jabodetabek, bahkan area Jabar lainnya. Hal ini bisa menjadi tengara bahwa infrastruktur pembangkit PT PLN belum handal.

Baca Juga: Kapan Listrik Normal Lagi? Ini Kata Bos PLN

Oleh karena itu, program pemerintah seharusnya bukan hanya menambah kapasitas pembangkit PLN, tetapi juga harus meningkatkan keandalan pembangkit PT PLN, dan infrastruktur pendukung lainnya, seperti transmisi, gardu induk, gardu distribusi, dan lain-lain.

"Padamnya listrik, apalagi di Jabodetabek, bukan hanya merugikan konsumen residensial saja tetapi juga sektor pelaku usaha. Dan hal ini bisa menjadi sinyal buruk bagi daya tarik investasi di Jakarta dan bahkan Indonesia. Kalau di Jakarta saja seperti ini, bagaimana di luar Jakarta, dan atau di luar Pulau Jawa?" ujarnya.

YLKI meminta managemen PT PLN untuk menjelaskan pada publik apa penyebab gangguan pembangkit di Suralaya, dan lain-lain.

"YLKI meminta PT PLN memberikan kompensasi pada konsumen, bukan hanya berdasar regulasi teknis yang ada, tetapi berdasar kerugian riil yang dialami konsumen akibat pemadaman ini," ujarnya.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement