JAKARTA - Perang dagang AS-China sepertinya tidak akan berakhir tahun ini. Lantas apakah Indonesia akan berpihak pada salah satu negara tersebut?
Ekonom senior Emil Salim mengatakan bahwa mengatakan bahwa sebaiknya Indonesia jangan berpihak kepada siapapun pada perang dagang antara AS-China itu.
"Jadi pada perang dagang AS-China kita jangan berpihak kepada keduanya. Tapi kita bisa memanfaatkan perang dagang AS-China itu dengan memberikan fasilitas infastruktur apabila AS-China melintasi Indonesia," ujar dia pada acara ulang tahun LP3ES di Jakarta, Senin (19/8/2019).
Baca Juga: CEO Apple "Lobi-Lobi" Donald Trump 5 Kali Imbas Panasnya Perang Dagang
Dia menuturkan bahwa pengembangan sumber daya manusia atau human resource juga harus diprioritaskan untuk menghadapi perang dagang yang kian meningkat.
"Kita tahu, Indonesia ke depannya akan mendapatkan bonus demografi, jadi usia 15 tahun ke atas ini akan meningkat. Jika pengembangan SDM tersebut akan dilakukan maka 5 hingga 10 tahun yang akan datang kita akan menjadi negara paling maju mengalahkan Singapura," tutur dia.
Baca Juga: Perang Dagang AS-China Kian Sengit, Perusahaan Teknologi Kencangkan Ikat Pinggang
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan harus ada strategi khusus menghadapi perang dagang. Salah satunya pasar Indonesia diutamakan untuk produk lokal.
Presiden Jokowi mengatakan bahwa pasar-pasar di Indonesia sangat terbuka. Di mana pihaknya tidak mau adanya proteksionisme atau kebijakan ekonomi yang mengetatkan perdagangan antar negara melalui cara-cara seperti tarif barang impor, batas kuota, dan berbagai peraturan pemerintah yang dirancang untuk menciptakan persaingan adil.
(Dani Jumadil Akhir)