Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menyatakan, penguatan Rupiah pada hari ini dipengaruhi kondisi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menyatakan, pejabat perdagangan AS mengharapkan negosiator China berkunjung ke Washington, untuk membahas relasi perdagangan kedua negara itu.
"Mnuchin telah melakukan kontak dengan Yi Gang, Gubernur Bank Rakyat China, untuk membahas mengenai pandangan AS yang menganggap adanya manipulasi yuan," ujar Ibrahim dalam risetnya, Kamis (29/8/2019).
Baca Juga: Investor Inggris Bakal Jor-joran Investasi di Indonesia
Kendati demikian, kurs Rupiah juga mendapat sentimen negatif oleh kondisi di Inggris, di mana Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menskors parlemen selama 5 minggu, yang akan dibuka tanggal 14 Oktober. Langkah ini bahkan sudah mendapatkan restu dari Ratu Elizabeth.
"Langkah Johnson ini dipandang sebagai taktik untuk mencegah para anggota parlemen Inggris yang berambisi untuk membatasi perdebatan terkait keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun (no-deal Brexit) sebelum batas waktu Brexit 31 Oktober," jelas dia.
(Rani Hardjanti)