JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, tingkat ketimpangan ekonomi antar masyarakat atau rasio gini Indonesia terus mengalami perbaikan. Tercermin dari data per Maret 2019 yang sebesar 0,382.
Baca Juga: Ketimpangan si Kaya dan si Miskin di Indonesia Turun
Dia menyatakan, Indonesia pernah mengalami rasio gini tertinggi di 0,408 pada tahun 2015. Di mana saat itu, berbagai upaya pun dilakukan untuk pada akhirnya level rasio gini Indonesia mengalami perbaikan.
"Indikator pembangunan kita terus membaik, di mana rasio gini kita terus mengalami penurunan," ujar Sri Mulyani dalam Manager Forum ke-41 MNC Group di iNews Tower, Jakarta, Kamis (29/8/2019).
Menurutnya, tingkat ketimpangan Indonesia ini jauh lebih baik dari kondisi negara lain, seperti Brasil. Negara tersebut memiliki tingkat gini rasio mencapai 0,6, sehingga disparitas ekonomi masyarakat sangat terasa.
"Makanya enggak heran kalau ke Brasil, di sana ada pemain sepak bola yang super kaya, Neymar. Jadi di Brasil itu kelihatan gap antara yang most rich dengan middle class dan lower class itu sangat jomplang," katanya.
Baca Juga: Sudahkah Tol Laut Kurangi Ketimpangan Harga Antar Wilayah RI?
Untuk diketahui, Neymar memang memang menjadi pesepak bola terkaya di dunia ketiga versi Forbes. Dia memiliki kekayaan yang nilainya mencapai USD105 juta atau sekitar Rp1,47 triliun.
"Sedangkan di Indonesia pada saat sudah di tingkat 0,4, semua langsung bilang udah enggak bagus. Oleh karena itu ini pemerintah terus lakukan upaya untuk menurunkan," katanya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menekankan, ketimpangan menjadi hal yang perlu mendapatkan perhatian. Sebab, memiliki dampak yang besar bagi investasi.
Menurutnya, sulit bagi sebuah perusahaan untuk bisa bertahan menjalankan bisnisnya ditengah negara yang memiliki ketimpangan sangat tinggi. "Karena ongkos sosial menjadi sangat tinggi," ujar dia.
Oleh sebab itu, lanjutnya, pemerintah berupaya memfokuskan programnya untuk meningkatkan pemerataan kesejahteraan di seluruh Indonesia. Sehingga, perekonomian domestik dapat terus bergerak tumbuh, diiringi dengan meningkatnya investasi.
"Karena yang disebut kemakmuran bersama itu bukan slogan politik, itu suatu keharusan apabila kita ingin jaga masyarakat kita untuk terus bisa memiliki atau mearasa memiliki proses pembangunan itu," tutupnya.
(Dani Jumadil Akhir)