Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Hary Tanoe: Pemerintah Perlu Bentuk Venture Capital Lokal untuk Suntik Startup Indonesia

Yohana Artha Uly , Jurnalis-Kamis, 29 Agustus 2019 |14:05 WIB
Hary Tanoe: Pemerintah Perlu Bentuk <i>Venture Capital</i> Lokal untuk Suntik <i>Startup</i> Indonesia
Chairman MNC Group, Hary Tanoesoedibjo (Foto: Okezone.com/Arif Julianto)
A
A
A

JAKARTA - Indonesia berhasil melahirkan banyak startup yang bahkan sebagian di antaranya menjadi sangat besar. Seperti Gojek yang menjadi decacorn (valuasi lebih dari USD10 miliar, serta Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka yang menjadi unicorn (valuasi lebih dari USD1 miliar).

Meski demikian, sebagian besar startup Indonesia tersebut mendapatkan pendanaan dari investor asing. Meski dijalankan oleh orang Indonesia, namun mayoritas kepemilikan sahamnya ada di asing.

 Baca juga: Hakteknas 2019, Menristekdikti Ingin Startup Anak Muda Saingi Gojek dan Tokopedia

Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo menilai, pemerintah harusnya membentuk Venture Capital lokal untuk mewadahi pendanaan yang dapat disalurkan ke berbagai startup Indonesia. Pendanaan itu bisa berasal dari perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maupun individu.

Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo (Foto: Arif Julianto/Okezone)

"Jadi kumpulkan BUMN, perusahaan-perusahaan swasta, individu-individu, dengan misal 2.000 pihak kalau rata-rata Rp10 miliar sudah terkumpul Rp20 triliun," ujarnya dalam Manager Forum ke-41 MNC Group di iNews Tower, Jakarta, Kamis (29/8/2019).

 Baca juga: Di Depan Hary Tanoe, Sri Mulyani Buka-bukaan soal Ekonomi RI

Sehingga, dengan mendapatkan pendanaan dari perusahaan dalam negeri, maka mayoritas saham di startup lokal akan tetap dimiliki Indonesia. Berbeda dengan kondisi saat ini yang memang mayoritas suntikan dana dari asing,

"Seperti Gojek, saya dengar lagi negosiasi sama Amazon mau masuk. Padahal principalnya sendiri, pemegang saham lokal Gojek itu sudah kurang dari 5%," ujarnya.

Menurut Hary Tanoe, jika kondisi ini terus berlanjut, Indonesia ke depannya hanya bisa melahirkan dan membesarkan startup saja. Padahal, Indonesia memiliki bonus demografi di mana banyak generasi muda yang kreatif dan produktif untuk menciptakan beragam inovasi baru.

"Jadi jangan sampai digital ekonomi ke depan tumbuh di Indonesia tapi mayoritas kepemilikannya oleh luar negeri. Jangan sampai seperti itu," kata dia.

(Fakhri Rezy)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement