NEW YORK - Nasdaq akan mengatur ulang rencana penawaran umum perdana (IPO) perusahaan-perusahaan dari China, dengan memperketat pembatasan dan memperlambat persetujuan IPO.
Upaya pembatasan tersebut karena semakin banyak perusahaan China di pasar saham yang akhirnya meningkatkan sebagian besar modal hasil IPO, namun sumber pendanaan dari China, bukan investor AS. Tercatat sebagian besar saham yang diperdagangkan mengikuti daftar AS, karena mayoritas pemegang saham adalah orang dalam.
Baca Juga: Wall Street Anjlok Imbas Wacana Delisting Perusahaan China
Hal ini tidak sesuai aturan, karena likuiditasnya rendah membuat saham tersebut tidak menarik bagi banyak investor institusi besar. Misalnya, ketika 111 Inc, sebuah farmasi online asal China mendapat dana segar USD100 juta dalam IPO-nya tahun lalu. Saham-saham utama dijual kepada koneksi eksekutif perusahaan.
Kemudian influencer digital Ruhnn Holding, penyedia pendidikan sekolah Puxin dan produsen produk hewan peliharaan Dogness International Corp adalah contoh lain dari perusahaan China yang terdaftar dengan lebih banyak investor dari China membelu saham mereka daripada dari Amerika Serikat
“Satu kualitas kritis dari pasar modal adalah kami memberikan akses yang tidak diskriminatif dan adil kepada semua perusahaan yang memenuhi syarat. Kewajiban hukum semua pertukaran ekuitas AS untuk melakukannya menciptakan pasar yang dinamis yang menyediakan beragam peluang investasi bagi investor AS,” kata juru bicara Nasdaq, dikutip dari Reuters, Senin (30/9/2019).
Baca Juga: Wall Street Ditutup Melemah Imbas Ketegangan Politik di AS
Juru bicara Nasdaq tersebut menolak berkomentar secara khusus tentang dampak dari perubahan dalam aturan pencatatan pada IPO AS, utamanya untuk dari perusahaan kecil dari China.
Pada saat ketegangan yang meningkat antara Amerika Serikat dan China mengenai perdagangan dan teknologi, pembatasan IPO ini merupakan titik terbaru dalam hubungan keuangan antara dua ekonomi terbesar dunia.