JAKARTA – Layanan keuangan digital diperkirakan akan menghasilkan setidaknya USD38 miliar pendapatan dari seluruh Asia Tenggara pada 2025.
Laporan yang ditulis bersama konsultan manajemen Global Bain & Company, Google dan Temasek Holdings mengatakan, jumlah itu akan terus tumbuh hingga USD60 miliar dalam 6 tahun ke depan. Apalagi jika ada investasi berkelanjutan dari pelaku usaha di industri keuangan digital.
Baca Juga: Terbongkar, Fintech Ilegal Pakai Server di Luar Negeri
Jika hal itu benar-benar terealisasi pada 2025, industry ini mengalami lompatan sekira 245%-445% dari USD11 miliar pendapatan layanan keuangan digital hari ini.
Melansir dari CNBC, Kamis (31/10/2019), Pemimpin Bain & Company Aadarsh Baijal mengatakan bahwa pasar jasa keuangan Asia Tenggara relatif terbelakang ketika melihat tolak ukur dari pasar di negara maju. Laporan tersebut melihat pasar di Vietnam, Indonesia, Filipina, Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Studi tersebut juga memaparkan bahwa Lebih dari 70% dari 400 juta konsumen di kawasan itu saat ini tidak memiliki rekening bank atau kurang.
"Yang underbanked benar-benar konsumen yang memiliki rekening bank tetapi tidak benar-benar berpartisipasi sepenuhnya di pasar jasa keuangan," kata Baijal.
Baca Juga: Penyaluran Pinjaman Online Tembus Rp54,7 Triliun
Dalam laporan itu juga mengatakan bahwa ada sekitar 98 juta underbanked di enam ekonomi terbesar di Asia Tenggara, dan mereka mewakili potensi terbesar dan mesin pertumbuhan sejati dalam layanan keuangan digital.
Menurut penelitian platform teknologi konsumen seperti Grab atau Gojek memiliki keuntungan dalam mendapatkan pangsa pasar di segmen ini karena basis pelanggan mereka yang berkembang yang menggunakan berbagai layanan dari mereka.