Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

ADB Pangkas Proyeksi Perekonomian Asia, Indonesia Tetap Dipatok di 5,1%

Hairunnisa , Jurnalis-Rabu, 11 Desember 2019 |11:59 WIB
ADB Pangkas Proyeksi Perekonomian Asia, Indonesia Tetap Dipatok di 5,1%
Rupiah (Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - Seiring merosotnya pertumbuhan ekonomi di China dan India akibat dibebani oleh sejumlah faktor eksternal dan domestik. Asian Development Bank (ADB) akhirnya menurunkan prakiraan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia yang sedang berkembang untuk tahun ini dan tahun depan.

Dalam laporan Asian Development Outlook 2019 Update yang dirilis pada bulan September lalu, ADB kini memperkirakan produk domestik bruto (PDB) di kawasan Asia hanya akan tumbuh 5,2%, baik pada 2019 maupun 2020, turun dari prakiraan September sebesar 5,4% untuk tahun ini dan 5,5% tahun depan.

 Baca juga: ADB Siapkan Pembiayaan Khusus untuk Bencana Alam

Laporan tambahan tersebut memprakirakan inflasi akan sebesar 2,8% pada tahun 2019 dan 3,1% pada 2020, naik dari prediksi September bahwa harga-harga akan naik 2,7% pada tahun ini dan tahun depan.

 Rupiah

Di Asia Tenggara sendiri, khususnya di Indonesia, ADB mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1% pada tahun ini dan 5,2% pada 2020.

 Baca juga: Indonesia Serukan Pentingnya Penguatan Infrastruktur di Pertemuan ADB

Sedangkan banyak negara yang masih mengalami penurunan ekspor dan pelemahan investasi, dan proyeksi pertumbuhan untuk Singapura dan Thailand telah diturunkan.

“Meskipun tingkat pertumbuhan di kawasan Asia yang sedang berkembang masih terbilang solid, ketegangan perdagangan yang terus berlangsung menyulitkan kawasan ini dan masih menjadi risiko terbesar terhadap proyeksi ekonomi dalam jangka yang lebih panjang. Investasi domestik juga melemah di banyak negara seiring menurunnya sentimen bisnis,” kata Ekonom sekaligus Kepala ADB Yasuyuki Sawada, dalam keterangannya, Rabu (11/12/2019).

 Baca juga: ADB Beri Pinjaman USD500 Juta untuk Pemulihan Pascabencana di Indonesia

Pertumbuhan PDB diperkirakan akan melambat di Pasifik karena aktivitas di Fiji, perekonomian kedua terbesar di kawasan ini setelah Papua Nugini, tampaknya tidak sebesar yang diantisipasi sebelumnya.

“Di sisi lain, inflasi bergerak naik akibat harga pangan yang lebih tinggi, apalagi demam babi afrika (african swine fever) telah menjadikan harga babi naik drastis." ungkapnya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement