JAKARTA – Harga cabai masih tinggi karena pasokan dari petani berkurang. Petani juga sedikit yang melakukan tanam karena ketidakpastian cuaca.
Menurut Pengamat Pertanian Institute Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa, memang cuaca saat ini tidak menentu, seperti sekarang sedang panas. Padahal, Januari dan Februari merupakan musim hujan.
Baca Juga: Harga Cabai Rawit Merah Naik Jadi Rp92.625/Kg
Pada musim penghujan, biasannya hanya sedikit saja petani yang berani menanam cabainnya. Pasalnya, kelembapan tinggi membuat tanaman cabai rawan kerusakan.
"Karena musim penghujan kelembaban tinggi kalau kelembaban tinggi jamur muncul," ujarnya saat dihubungi Okezone, Jumat (31/1/2020).
Baca Juga: Harga Cabai Naik, Efek Perubahan Cuaca?
Namun demikian, Andreas mengakui ada beberapa petani yang berani untuk menanam. Hanya kualitasnya menurun dan membuat harga jualnya jatuh.
"Jadi yang berani menanam cabai melawan alam. Mereka menanam cabai yang panennya di bulan seperti ini nah itu risikonya rusak, produksinya turun," jelasnya
Bahkan jika dibandingkan dengan ongkos menanam, tanam cabai pada musim hujan akan berisiko merugi. Apalagi ongkos tanaman cabai cukup tinggi Rp100 juta per setiap kali tanam.
"Di sisi lain harga cabainya tinggi itu sangat berisiko tapi potensial lost. Kalau cabai lost tinggi sekali. Bahkan bisa sampi Rp100 juta lebih," ucapnya.
Sebagai informasi, pada hari ini mayoritas harga komoditas bahan pangan pada hari ini mengalami penurunan. Termasuk juga harga cabai yang mengalami penuruan.
Hanya saja harga cabai ini masih tergolong mahal karena ada yang diijual hingga Rp91.000-Rp93.000 per kilogram (kg). Misalnya saja harga cabai merah besar (TW) dijual dengan harga Rp85.833 per kg.
Kemudian harga cabai rawit merah dijual dengan harga Rp91.931 per kg, lalu harga cabai rawit hijau dijual dengan harga Rp42.566 per kg. Sedangkan cabai rawit kereting dijual dengan harga Rp69.400 per kilogram.
(Feby Novalius)