JAKARTA - Harga cabai yang masih tinggi disebut-sebut merupakan siklus alam yang seharusnya diterima. Oleh karena itu, pemerintah maupun masyarakat diminta untuk bersabar menunggu harga cabai kembali turun ketika musim panas kembali datang.
Pengamat Pertanian Institute Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan, setiap tahunnya biasanya pada Desember, Januari dan Februari memang harga cabai selalu tinggi. Sebab pasokan panen dari petani sangat sedikit sekali mengingat pada bulan tersebut merupakan musim hujan.
Baca Juga: Harga Cabai Rawit Merah Naik Jadi Rp92.625/Kg
"Ngapain diatasi. Ini kan sudah siklus alam. Ngapain juga kita melakukan intervensi," ujarnya saat dihubungi Okezone, Jumat (31/1/2020).
Menurut Dwi, jika dipaksakan untuk menanam cabai, maka yang akan dirugikan adalah petani. Sebab, produksi cabai petani yang ditanam saat ini kualitasnya menurun yang mengakibatkan harga akan jatuh.
"Petani cabai yang sekarang lagi panen itu lagi menderita karena produksinya drop. Produksi drop itu dikompensasi tapi dengan harga yang tinggi sehingga mereka tidak terlalu rugi," ucapnya.
Baca Juga: Harga Cabai Naik, Efek Perubahan Cuaca?
Menurut Dwi Andreas, beberapa tahun lalu pemerintah sebenarnya sudah mencoba untuk menangkal tingginya harga cabai pada periode awal tahun. Hal tersebut memang cukup berhasil, akan tetapi pada bulan-bulan berikutnya, harga cabai langsung anjlok.
"Dulu kan ada program konyol dari Kementan di saat harga lagi tinggi menterinya bagi bibit bibit cabai. Itu kan enggak masuk akal itu kan konyol saja. Buang buang uang saja. Ketika panen serentak harga langsung jatuh.
Diterima siklusnya memang seperti. Dan ini gak usah intervensi pemerintah," ucapnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)