Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Impor China Sementara Disetop karena Wabah Virus Korona, Ini 3 Fakta di Baliknya

Yohana Artha Uly , Jurnalis-Senin, 03 Februari 2020 |17:39 WIB
Impor China Sementara Disetop karena Wabah Virus Korona, Ini 3 Fakta di Baliknya
Ekspor-Impor Perdagangan di Pelabuhan (Foto: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menjelaskan, wabah virus korona akan berdampak pada perdagangan Indonesia ke China. Menurutnya, pada ekspor dan impor dengan China juga dinilai akan mengalami perubahan jika dibandingkan dengan realisasi di bulan-bulan sebelum terjadinya wabah virus korona.

Namun, dia belum dapat memastikan seberapa besar pengaruhnya lantaran masih perlu melakukan penghitungan.

Baca Juga: Kemendag Stop Sementara Impor China, Barangnya Apa Saja?

Berdasarkan data BPS, impor non migas asal China mencapai USD4,1 miliar di Juli 2019. Impor tersebut mengalami peningkatan tertinggi sebesar USD1,5 miliar atau setara Rp21 triliun (kurs Rp14.300 per USD) dibandingkan Juni 2019 yang sebesar USD0,26 miliar.

Berikut adalah fakta-fakta impor barang China ke RI:

Baca Juga: Selain Virus Korona, Ini Masalah yang Akan 'Memukul' Ekonomi China

1.Impor buah hingga ponsel

Kepala BPS Suhariyanto menyatakan, utamanya barang impor dari China adalah komputer (PC) dan laptop.

"Jenis barangnya hampir sama dengan bulan sebelumnya, buah pir, mobile phone tanpa baterai, dan utamanya PC sama laptop," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (15/8/2019).

 2. Kenaikan impor terbesar bulan Juli dari China

Dia menjelaskan, secara kumulatif Januari-Juli 2019 impor dari China mencapai USD24,73 miliar. Mengambil porsi terbesar yakni setara 29% nilai impor yang masuk dari berbagai negara.

"Impor yang kenaikannya lumayan tinggi pada bulan Juli adalah dari China sebesar USD1,5 miliar," katanya.

3. Defisit dagang dengan China melebar

Sejalan dengan peningkatan impor, neraca perdagangan Indonesia dengan China juga menjadi yang tertinggi dari negara lainnya yakni sebesar USD11,05 miliar. Semakin melebar dari periode akhir Juli 2018 yang sebesar USD10,33 miliar.

"Defisit dengan China memang menjadi dalam sekali," imbuhnya.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement